"Selamat hari kasih sayang, Yah!"
"Kan, Ayah lakukan sejak Nisa lahir?"
"Ibu yang lahir hari ini, Yah! Tapi..."
Kalimat itu tak selesai. Gadis kecilmu lebih memilih airmata. Sepertimu, airmata adalah tempat persembunyian rasa, jika tak mampu diwakilkan dengan kata-kata.
Butuh jeda waktu, hingga pelukan itu merenggang. Kulihat, bulir bening masih bersisa di sudut mata itu, walau berusaha keras memberikan senyuman. Tak kubiarkan, jemariku bergerak cepat mengusap kedua pipi gadis kecilmu.
"Hei! Badanmu panas!"
Aku terkejut! Bertahun dan berkali melalui momen itu. Kali ini, naluriku telah terlatih. Tak ada lagi ruang bagi gadis kecilmu untuk sembunyikan rasa sakit.
"Hari ini, gak usah sekolah! Biar Ayah hubungi guru!"
"Nisa ada ulangan,Yah!"
"Istirahat dulu! Ulangan bisa nyusul!"
Kau sangat mengenal nada suaraku. Juga gadis kecilmu. Tak lagi ada perdebatan jika sudah seperti itu.