Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sekolah Anakku, Sekolahku Dulu

18 November 2019   14:10 Diperbarui: 18 November 2019   15:27 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Terima kasih, Bu."

Ibu kepala sekolah tak memandangku. Sepertinya, pagi yang sibuk. Aku dengar beberapa kali bergumam tak jelas, sambil membolak-balikkan kertas dalam map hijau di hadapannya.

Kukira hampir sepuluh menit, tanpa ada percakapan. Mataku menyapu deretan foto-foto berukuran besar berbingkai warna emas, terpasang di dinding. Termasuk pemilik wajah yang duduk di hadapanku saat ini. Senyum manis dari wajah cantik dan tampak pintar. Terpasang dalam pigura sedikit berbeda dan masih terlihat baru.

Mataku terpaku menatap wajah Bu Anis. Ternyata, sosok guru yang disegani itu. Pernah menjadi kepala di sekolah ini. Aku kembali mengenang sosok teladan bagiku itu. Hingga kudengar suara bernada pertanyaan, diajukan padaku.

"Walinya Andi. Kelas satu, kan?"

"Iya, Bu!"


"Ini, kali ketiga dipanggil, ya?"

"Eh? Iya, Bu. Waktu itu uang sekolah..."

"Sumbangan! Bukan uang sekolah!"

"Iya, Bu!"

Lidahku tiba-tiba kaku. Wajahku memerah malu. Aku mengingat dua bulan lalu. Saat datang dan melunasi tunggakkan. Terserah jika itu disebut sumbangan. Bagiku itu tetap bermakna uang sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun