Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

NIK | "Meeting You was Fate" [9]

10 Oktober 2019   07:54 Diperbarui: 10 Oktober 2019   09:02 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by pixabay.com

Beningmu ungkapan rasamu. Bersama lalui waktu berdua. Tak banyak kuduga. Untuk apa dan pada sesiapa airmata itu dituju. Ramuan tangismu. Bermacam aroma. Bahkan nirmakna.

Tapi kau perempuanku, dan caramu begitu. Tugasku memilah beningmu. Bahagia? Kecewa? Sesal? Atau himpunan rasa?


Siang itu. Kau hadirkan ceriamu. Hiasi bangun siangku. Tak lama, perlahan kau ajak aku. Telusuri nuansa haru. Tak biru bernada rindu seperti warna ruang tamu.

Aku menatapmu. Kau tekuri ujung jilbabmu. Sesekali kau usap, cincin di jari manismu. Kau angkat wajahmu. Matamu menatapku.

"Nik belum bicara ke Ayah, Mas!"

"Mas udah tahu!"

"Eh? Tapi Nik belum ..."

"Naluri lelaki!"


Kau diam. Matamu menyigi garis wajahku. Kuarahkan mataku keluar pintu. Jalanan sepi. Laksana janji. Bagiku, bermakna jeruji. Mengikat erat kata. Tika kulontar, takkan kukejar.


Inginmu juga inginku. Tetap bersama. Kuikuti syaratmu. Berkali airmata itu terurai. Kukira takkan pernah usai.


"Mas, marah?"

"Untuk apa?"

"Mas..."

"Tak ubah apapun, kan?"

Mulutku bertutur pelan. Kucoba redam risauku. Kau sangat tahu. Jika nada suaraku begitu. Kau sandarkan tubuhmu ke bahu kursi. Tundukkan kepala. Jemarimu kembali memainkan ujung jilbabmu.


"Sampai saat ini. Mas berusaha mengerti. Karena..."

"Nik tak bermaksud..."

"Mas, sudah memilih Nunik, kan?"

"Nik..."

"Tapi Mas merasa seperti pencuri!"


Kau ulangi tangismu. Kurenungi resahku. Bertahun renangi arus waktu. Kukira cukup bagimu, tahu siapa dan bagaimana aku. Pun tak kuusik syaratmu.


"Nik juga merasa bersalah ke Ayah dan Mamak!"


Terbata. Kalimatmu mengejutkanku. Kau tatap mataku. Kulihat beningmu genangi kelopak matamu.

"Sudah abaikan larangan mereka! Karena Nunik tak boleh..."

"Nik..."

"Nik percaya! Mas tak akan..."

Tak selesai. Kalimatmu terhenti. Kau butuh udara segar. Sesakmu menyeruak. Tak kau hapus airmatamu.

"Nik belum siap, Mas! Jika Ayah..."

"Mas tahu!"

"Nik tak mau lagi seperti dulu."


Siang itu terasa panjang. Jam di dinding ruang tamu, baru beranjak ke angka dua. Satu jam. Kau dan aku, berujar tentang rasa dan asa. Kau dan aku pun tahu. Tak usai dan takkan terusik masa.

Perlahan. Kuusap pelan kepalamu. Kau menatapku. Terburu kau hapus beningmu. Aku tersenyum.


"Mas takkan tinggalkan Nunik!"

zaldychan

get married | those three words | just the way I am | meeting you was fate

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun