Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Ikan Asin" dan Hubungan Poligami Platonik

14 Juli 2019   12:16 Diperbarui: 15 Juli 2019   00:12 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
by : https://travel.kompas.com

Illustrated by pixabay.com
Illustrated by pixabay.com

Peran Media Sosial dan Media Massa

Hubungan plotanik bisa dijumpai di media sosial semisal di facebook, Instagram, Twitter bahkan grup Whatsapp, tah? Misal dalam sebuah grup WA, akan ada komunikasi intens bahkan personal. Berpijak pada kesamaan ide, gagasan serta prinsip dan saling menghormati atau menghargai.

Padahal tak saling berjumpa? Contoh gampang, adalah komunikasi di kolom komentar Kompasiana? Sapa santun, salam hormat, salam hangat dan terima kasih mewarnai interaksi. Keren, ya?

Jika melakukan terjemahan bebas poligami bukan perkawinan, tetapi memberikan atau berbagi perhatian pada objek yang sama. Semisal menulis tentang kasus "ikan asin", pilpres atau pertemuan Jokowi dan Prabowo yang berseliweran di Media Sosial dan Media Massa. Jejangan, tanpa sadar, kita sudah melakukan "poligami platonik"?

Apatah itu positif? Harusnya, begitu. Karena esensi dasar dari poligami dan platonik adalah berbagi perhatian. Negatifnya? Jika kemudian, dalam membangun hubungan "Poligami Platonik" tersebut disertai dengan bau tak sedap dari "ikan asin". Hiks...

Jadi? Kukira butuh rekontruksi sikap dan rekonsiliasi hati. Sehingga kita leluasa menikmati apa adanya ikan asin, bukan memaknainya sebagai "ikan asin". Atau merefleksikan hubungan "poligami platonik" tanpa berpoligami, jika belum sampai pada level platonik. Ahaay...

Ada yang sepakat? Hayuk salaman.

Curup, 14.07.2019

Zaldychan

[ditulis untuk Kompasiana]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun