Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Ikan Asin" dan Hubungan Poligami Platonik

14 Juli 2019   12:16 Diperbarui: 15 Juli 2019   00:12 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by pixabay.com

Jika baca di Wikipedia, Poligami terdiri dari 3 bentuk. Pertama, Poligini, sistem perkawinan yang membolehkan seorang pria memiliki beberapa wanita sebagai istrinya dalam waktu yang  bersamaan. Kedua, Poliandri, kebalikan dari Poligini, yaitu sistem perkawinan yang membolehkan seorang wanita memiliki beberapa pria sebagai suaminya dalam waktu yang  bersamaan. Ketiga, Kombinasi Poligami dan Poliandri (Group Marriage), kukira seumpama beberapa pria dan wanita melakukan ikatan perkawinan secara bersama-sama.

Di Indonesia, yang acapkali menghukum kata berdasarkan gender, semisal "cengeng" itu milik perempuan, atau "perkasa" itu merek dagang para lelaki. Maka, topik dan pembahasan Poligami banyak ditentang kaum perempuan. Sehingga jamak dianggap bahwa poligami itu adalah semakna dengan poligini. Padahal, berdasarkan definisi poligami, haknya lelaki dan perempuan sama!

Terlepas dari motif atau alasan serta keyakinan personal, "kekisruhan" akan muncul, jika ditautkan dengan konsep religius, sosial, budaya, tentu saja faktor ekonomi. Walaupun tetap  ada yang melakukan dan memaklumi, kan?

Kisruh tak berhenti sebatas itu, Jika lelaki melakukan Poligini, anak-anak mereka akan lugas menjawab nama ayah dan ibu kandungnya. Karena jelas sosok ayahnya juga figur Ibu yang melahirkannya. "Kekusutan" akan terjadi, jika Perempuan melakukan Poliandri. Sang anak hanya bisa menjawab lugas nama ibunya, dan gagap menyebut siapa nama bapak kandungnya. Iya, tah? Solusinya bisa jadi, tes DNA.

Buktinya, aturan dalam konsep digital di Indonesia, semisal dunia perbankan atau aturan dalam menentukan kewarganegaraan, menyediakan formulir dengan kolom "nama ibu kandung" yang mesti diisi. Nah!

Pertanyaan lanjutan, mungkinkah melakukan poligami tanpa kisruh? Semisal platonik? Kucoba paparkan hasil ngulik makna platonik, ya?

Illustrated by pixabay.com
Illustrated by pixabay.com

Wujud Hubungan Platonik.

Merujuk pada nama Plato, Kbbi.web.id. lugas menjelaskan jika Platonik sepenuhnya spiritual, bebas dari nafsu birahi dan cinta. Wikipedia menyatakan platonik adalah sebuah relasi yang sangat afektif. Yaitu bentuk kasih sayang dalam hubungan antara dua orang, yang lebih dari sekedar simpati atau persahabatan.

Katanya, Platonik itu murni hubungan spiritual tanpa hubungan fisik (seksual), hanya ada dalam pikiran dan perasaan, mengutamakan ketulusan tanpa syarat, tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama atau ras. Bahkan dahsyatnya, bisa telepati! Hal itu, acapkali kita dengar dari cerita orang-orang kembar atau antara ibu dan anak, tah?.  

Terus, apa benang merah antara "ikan asin", poligami dan platonik?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun