"Lah?"
"Mas bantu patahkan jarum!"
"Cuma dua, kan?"
"Empat!"
"Kan bajunya dua? Masing-masing baju. Jatahnya dua jarum!"
"Haha..."
Aku ingat. Saat itu sore, sehari jelang idul adha. Aku tak tahu, kau sibuk selesaikan jahitan. Dua baju orderan dosenmu. Sore itu harus diantar. Aku datang. Kau temui aku sambil membawa baju. Karena terburu waktu, aku coba bantu. Yang aku bisa memasang kancing. Kau sibuk membersihkan benang sisa jahitan.
Tak sebanding! Segelas kopi, dua baju terpasang kancing. Empat jarum patah. Tapi kau dan aku, jadi korban candaan ibu kost dan teman-temanmu. Aku tahu, kau bisa lakukan sendiri. Mungkin lebih cepat, jika aku tak datang.
Dan, jelang maghrib. Dengan langkah terburu. Berdua ke rumah dosenmu. Antarkan baju. Tak ada orang. Menunggu di depan rumah dosen hingga usai maghrib. Saat itu, usai senja. Berdua, menikmati suara takbiran idul adha. Ingatanku terulang. Malam itu.
"Nik gak capek?"
"Capek apa?"