"Baik, Pak," jawab Rara sambil tersenyum singkat.
Saat tangannya sibuk membolak-balik kertas, pandangannya tanpa sengaja tertuju pada sebuah komputer di meja sebelah --- layar monitornya masih menyala. Di pojok layar, ia melihat nama pengguna bertuliskan "mr.choir".
Alis Rara langsung berkerut. "Mr. Choir?" gumamnya dalam hati. "Bukankah beliau dosen Bahasa Inggris? Kenapa namanya ada di komputer Pak Supri?"
Tanpa sadar, rasa penasaran mendorong langkahnya mendekat.
Karena rasa penasaran yang terus menggelitik, Rara akhirnya melangkah mendekati komputer itu. Tangannya ragu-ragu, tapi akhirnya menekan mouse dan membuka beberapa berkas di layar.
"Hmm... data pribadi, ya?" gumamnya pelan, matanya menelusuri tulisan yang tertera di sana. Rara menggulir layar perlahan, mencoba menahan senyum iseng. "Apakah beliau sudah menikah? Siapa tahu... aku masih punya kesempatan?" bisiknya, separuh bercanda, separuh berharap.
Namun begitu matanya menemukan kolom status pernikahan, senyumnya langsung memudar.
"Oh... astaga," ucapnya lirih. "Ternyata beliau sudah punya istri."
Ia terdiam sejenak, menatap layar kosong. "Tapi... aku jadi kasihan sama Sella," lanjutnya pelan. "Dia kan suka banget sama Mr. Choir..."
      Jam sudah menunjukkan pukul 17.30. Sella yang sejak tadi tertidur pulas akhirnya terbangun, matanya masih berat dan rambutnya sedikit berantakan. Ia berjalan ke dapur, membuka kulkas, lalu mengambil beberapa bahan masakan. Dengan langkah pelan, ia menyalakan kompor dan mulai memasak.
Beberapa saat kemudian, aroma masakan hangat memenuhi dapur kecil itu. Sella tersenyum tipis, lalu duduk di kursi sambil menatap hidangan di depannya. Ia meraih ponselnya dan membuka notifikasi.