"Ah, enggak kok... cuma ketiduran aja," jawab Sella cepat, mencoba menutupi senyum samar di wajahnya. "Ya Allah, lagi-lagi aku ketinggalan materi. Tapi gapapa deh, nanti bisa tanya Mas Iwan di rumah."
"Yaudah, ini kita jadi kerja kelompok nggak? Kayaknya si Dio udah nungguin di perpus," tanya Rara.
"Iya, maaf... tapi kamu duluan aja ya, aku masih ada perlu sedikit," balas Sella.
"Ish, yaudah deh. Tapi jangan ngilang lama-lama!" jawab Rara sambil berdiri.
Mereka pun berpisah, meninggalkan ruangan yang kini benar-benar sepi.
Ketika Sella hendak keluar kelas setelah urusannya selesai, dari arah lorong tampak Mr. Choir berjalan tergesa-gesa. Tanpa sengaja, mereka berdua sama-sama terburu-buru---
Bruk!
Tubuh mereka saling bertabrakan.
"Aduh!" seru keduanya hampir bersamaan.
Sella segera menunduk, hendak meminta maaf, namun seketika terdiam saat melihat wajah pria yang baru saja ia tabrak. "Ah, maaf, Mas---eh, maksud saya Pak---eh, bukan, Mister!" katanya gugup sambil berusaha tersenyum kikuk.
Mr. Choir hanya tertegun sesaat, lalu tersenyum tipis.
Melihat itu, wajah Sella langsung memerah. Ia menunduk dalam-dalam dan berlari menjauh sambil menutupi wajahnya.
"Hemm... dasar bocah," gumam Mr. Choir pelan, masih dengan senyum yang sulit ia sembunyikan.