Puisi ini saya tulis sebagai bentuk dari pengekspresian kondisi hati seseorang pada sebuah fenomena kehilangan. Dimana diri mereka terkurung dalam sebuah rasa untuk kembali berjumpa, namun tak bisa karena kedua pihak tak lagi punya rasa untuk kembali. Puisi ini juga bisa menggambarkan sebuah kehilangan selamanya, dimana tak ada yang bisa dilakukan selain memendam hasrat untuk berjumpa.Â
Dering telepon tak lagi mengemis.
Terasa kosong hingga hanya tersisa tangis.
Tanya tanpa jawaban yang pasti.
Berujung bisu di kedua sisi.
Nyatanya kutunggu hingga jenuh.
Tapi tak pernah kutemui kembali.
Ku akui aku telah membisu.
Hanya tuli yang tak ku alami.
Maka sulit untuk ku awali kata.