Mohon tunggu...
Zakarias Wahyu
Zakarias Wahyu Mohon Tunggu... Lainnya - zacharia

saya buat cerpen hanya untuk tugas B.Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Sebut Apa Sajalah

25 November 2020   09:56 Diperbarui: 25 November 2020   10:01 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Sebut apa sajalah

Mari kuceritakan tentang kisahku, kisah tentang seorang remaja berusia 17 tahun yang telah mencium seorang gadis. Tidak, jangan dulu berpikir kalau-kalu aku ini bejat, kawan. Kau perlu membaca terlebih dahulu kisahku ini, baru kau boleh menghardikku sesukamu. Aku tak melarang, sungguh.

Malam itu keajaiban alam sepertinya benar-benar menunjukkan eksistensinya. Malam itu semesta semestinya memberkati, atau mungkin malah menghardikku? Aku tak yakin. Tapi yang aku yakini adalah gadis ini memang benar-benar menginginkan ciuman ini.

Sulastri Hadiwijojo, gadis cantik turunan sedikit darah Perancis. Aku tak yakin ini benar atau tidak, tapi kelak aku akan mengetahui kebenaran mengenai DNA gadis ini. Sulastri adalah bunga edelweiss terakhir dan satu-satunya di sekolahku. Incaran semua laki-laki, bahkan guru. Senyumannya melayukan bunga seluruh taman karena mereka semua merasa tak berguna memperindah taman. Kulitnya putih jernih bak kapas yang telah dibilas berkali-kali menggunakan susu sapi dari daerah Priangan.

Saat itu di perpustakaan sekolah, aku melihat Sulastri. Ya, memang aku habiskan separuh masa sekolahku untuk berada di perpustakaan. Konsekuensi darinya adalah, aku tak punya banyak teman. Dan yang paling membuatku sedikit terganggu yaitu aku juga tak dikenali oleh siswa-siswa lain, bahkan para guru. Menurutmu perpustakaan membosankan? Menyingkirlah kalau begitu, pasti kau takkan kuat membaca ceritaku ini. "Enyahlah kalian wahai manusia-manusia tak suka membaca!"

"Eeehhhmmm, Bawor ya?" Sulastri saat menegurku. Ia memanggilku Bawor? Ah, tak apa, toh juga sudah sering ia salah menyebut namaku, aku sudah terbiasa.

 "Bu...bukan... Wawan, Wawan Gumira." Jawabku terbata-bata, gugup. Tak mudah untuk menjawab terguran tersebut. Aku harus tetap menjaga wibawaku sebagai seorang pria. Dan aku juga harus tetap menjaga air kencingku agar tak keluar karena saking gugupnya aku waktu itu.

"Oh iya Wawan... Boleh minjem laptop ndak? Aku butuh nih."

"Buat apa?" Jawabanku sudah tak tebata-bata lagi. Aku sudah mampu menahan dan mampu mempertahankan wibawa di depan gadis ini.

"Buat ngecek file, bentar lagi mau presentasi di depan pembina soalnya."

Sulastri adalah ketua organisasi book club di sekolah. Walaupun book club di sekolahku sering dianggap sebagai organisasi sekte gelap, tapi Sulastri mampu memberikan gambaran lain di benak siswa semenjak ia diangkat sebagai ketuanya. Book club ini sering mengadakan book fair di aula sekolah. Acara ini sering mangkrak. Bukan karena para anggotanya tak mampu untuk menanganinya, tapi karena tidak ada yang mau datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun