Ibn Atha'illah As-Sakandari, seorang sufi besar dalam tarekat Syadziliyah, memiliki pandangan mendalam tentang cinta (Al-Hub) dalam hubungan antara hamba dan Allah. Dalam perspektif beliau, cinta kepada Allah memiliki dsar hukum yang dibangun atas tiga pilar utama, semuanya dapat ditemukan dalam Surah Al-Fatihah:
1.Al-Hub (Cinta Murni) Manifestasi dari "Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin"
Ayat ini menggambarkan rasa syukur dan pengagungan kepada Allah sebagai Rabb seluruh alam. Dalam tasawuf, rasa cinta kepada Allah bermula dari pengakuan bahwa segala sesuatu berasal dari-Nya dan semua pujian hanya milik-Nya. Cinta yang murni adalah bentuk penghambaan yang tidak mengharapkan balasan, melainkan lahir dari kesadaran akan keagungan dan kasih sayang-Nya.
2.Ar-Raja' (Harapan) Ditunjukkan dalam "Ar-Rahmanir Rahim"
Ar-Rahman dan Ar-Rahim menggambarkan sifat Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Ini menumbuhkan harapan dalam diri seorang hamba bahwa Allah selalu memberikan rahmat-Nya, mengampuni dosa, dan memberikan kebaikan di dunia maupun akhirat. Dalam konsep cinta, harapan ini membuat seorang hamba terus mendekat kepada Allah dengan penuh optimisme.
3.Al-Khouf (Takut) Tercermin dalam "Iyyaka Na'budu wa Iyyaka Nasta'in"
Ayat ini menunjukkan sikap ketundukan dan kepatuhan penuh kepada Allah. Rasa takut kepada Allah bukan berarti ketakutan yang membuat lari, melainkan ketakutan yang melahirkan kepatuhan dan penghambaan yang tulus. Takut ini berlandaskan kesadaran bahwa Allah Maha Melihat dan akan meminta pertanggungjawaban atas setiap amal perbuatan.
Ketiga unsur ini cinta, harapan, dan takut adalah keseimbangan dalam hubungan seorang hamba dengan Allah. Jika hanya cinta tanpa takut dan harapan, seseorang bisa menjadi lalai. Jika hanya harapan tanpa cinta dan takut, ia bisa menjadi terlalu berani dalam bermaksiat. Jika hanya takut tanpa cinta dan harapan, ia bisa terjerumus dalam keputusasaan. Oleh karena itu, Ibn Atha'illah mengajarkan bahwa keseimbangan antara ketiga hal ini adalah kunci dalam perjalanan spiritual seorang hamba menuju Allah.
Dalam perspektif tasawuf, Al-Hub (cinta kepada Allah) bukan hanya sebatas pengalaman spiritual pribadi, tetapi juga memiliki dampak sosial yang luas. Cinta yang benar kepada Allah melahirkan kelembutan hati, mawaddah (kasih sayang), dan rahmah (rahmat), yang harus diwujudkan dalam interaksi sosial.
1. Al-Hub Melahirkan Kelembutan Hati
Cinta kepada Allah menjadikan seseorang lebih lembut hatinya, tidak mudah marah, dan lebih sabar dalam menghadapi manusia.