Ku buka mata ini. Hanya gelap yang ku lihat. Hanya ku dengar suara ibu dan ayahku. Berbahagia dengan kehadiranku.
Berhari ku lalui. Ingin ku tatap mata ibu ketika menyusuiku. Ingin ku lihat wajah ayahku yang juga menyayangiku. Tetapi tetap kegelapan yang ku lihat.
Satu, dua, tiga bulan ibu dan ayah tak pernah tahu apa yang ku alami. Setidaknya saat itu. Hingga akhirnya mereka menyadari. Bahwa aku tak sama dengan mereka.
Aku di bawa ke sana kemari. Mencari obat untuk kesembuhan mata ini. Pantang menyerah ke dokter satu ke dokter lainnya. Itu yang ku rasakan.
Hingga akhirnya.. Di usia tahun ke enam ku. Aku dibawa ke sebuah tempat. Untukku bersekolah.
Selalu ku dengar dari ibu dan ayah. Suatu saat aku akan dapat melihat. Karena ku lihat ada sedikit cahaya. Yang kadang menghilang.
Di tahun keempat aku bersekolah. Telah ku pahami dari guruku. Bahwa aku akan melihat dunia. Dengan indera perabaku, juga indera pendengaranku. Tak kalah dengan mereka yang dapat melihat dengan mata.
Kata guruku, Tuhan tak pernah salah menciptakan sesuatu. Begitu pula dengan menciptakan aku dengan keterbatasan. Karena Tuhan sayang padaku dan keluargaku. Terima kasih Tuhan ..