Mohon tunggu...
Moh Zahirul Alim
Moh Zahirul Alim Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati sosial, politik, pendidikan sekaligus pemilik blog www.paradigmabintang.com

Pemerhati sosial, politik, pendidikan sekaligus pemilik blog www.paradigmabintang.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membedah Teladan Pancasila Ir. Soekarno

1 September 2021   18:47 Diperbarui: 1 September 2021   18:51 1030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: elsamara.id

Adapun yang sangat monumental adalah ketika Bung Karno meminta pemimpin Uni Soviet untuk menemukan makam Imam Bukhari, seorang perawi hadist terkenal sebagai syarat beliau berkenan mengunjungi Ui Soviet. 

Berkat permintaan Bung Karno, pemimpin Uni Soviet masa itu bekerja keras menemukan makam imam Bukhari hingga menemukannya di Samarkand Uzbekistan.

Inilah sosok religiusitas Bung Karno, benar-benar sangat inspiratif, sangat mencerminkan pengamalan nilai-nilai ketuhanan sebagaimana yang ada dalam ideologi Pancasila.

Sosok Humanis yang Tegas 

Seperti idealisme gagasan dasar negara yang disampaikan dalam pidato perumusan dasar negara tentang internasionalisme atau perikemanusiaan, Bung Karno adalah sosok humanis yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. 

Hal ini dapat dilihat dari fakta seperti sikap Bung Karno yang menolak fatwa Majelis Islam A`la Indonesia (MIAI), sebuah organisasi semisal majelis ulama bentukan Jepang yang pada waktu itu melarang masyarakat Indonesia mendonorkan darah bagi orang Belanda korban Perang Dunia II karena dianggap pasti ditolak Tuhan. 

Bung Karno tegas melawan fatwa tersebut dan menyarankan masyarakat mendonorkan darahnya. Adapun alasan Bung Karno menolak fatwa dan menyarankan hal di atas adalah karena darah masyarakat didonorkan untuk membantu korban perang bukan membantu jalannya perang.

Selain itu, Bung Karno adalah sosok yang selalu dekat dengan rakyat, tidak berjarak dengan rakyat yang selalu beliau perjuangkan. Ada begitu banyak cerita yang menunjukkan hal ini, salah satunya adalah saat Bung Karno menemui dan berbincang hangat dengan seorang petani bernama Marhaen di Bandung Selatan yang menurut beliau sang petani hidup melarat meski memiliki tanah, cangkul, dan peralatan pertanian lainnya. 

Hal ini menurutnya terjadi karena sistem kolonialisme dan imperialisme yang tidak pernah berpihak pada rakyat kecil seperti Marhaen. Dari momentum ini lahirlah marhaenisme yang hingga sekarang masih relevan untuk dipelajari.

Selain humanis, Bung Karno juga sosok yang tegas. Dalam beberapa kasus, Bung Karno sering dihadapkan pada pilihan sulit yang membuatnya merasa dilema. 

Namun demikian, sebagai seorang pemimpin beliau memiliki ketegasan sikap seperti dalam kasus S.M. Katrosuwiryo yang divonis mati pengadilan karena bersama DI/TII-nya ia melakukan pemberontakan berbahaya terhadap pemerintah khususnya Presisen Soekarno yang ditarget khusus untuk dihabisi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun