"Dengan adanya budi pekerti, tiap-tiap manusia berdiri sebagai manusia merdeka (berpribadi), yang dapat memerintah atau menguasai diri sendiri. Inilah manusia beradab dan itulah maksud dan tujuan pendidikan dalam garis besarnya." - Ki Hajar Dewantara
Kasus pemukulan guru oleh siswa di SMAN 1 Sinjai baru-baru ini sangat mengejutkan publik. Seorang siswa berusia 17 tahun berinisial MR memukul Wakil Kepala Sekolah di ruang BK, di hadapan orang tuanya.
Alasannya sepele: ketidaknyamanan atas teguran disiplin. Namun dampaknya tidak sepele. Insiden ini menjadi cermin retaknya fondasi pendidikan karakter dan lemahnya peran orang tua dalam mengawal moral anak.
Kekerasan yang Menyentak Kesadaran
Guru, dalam kultur pendidikan kita, sering disebut "pahlawan tanpa tanda jasa". Ia adalah sosok yang bukan hanya mengajar, tetapi juga membentuk manusia.
Ketika seorang guru dipukul di depan murid atau orang lain, apalagi oleh seorang murid makna itu runtuh. Wibawa guru tercabik, dan sekolah sebagai ruang belajar menjadi panggung kekerasan.
Pertanyaan pun muncul: bagaimana mungkin seorang siswa berani melakukan tindakan seperti itu?
Jawabannya tentu tidak sederhana. Ia terkait dengan pembiaran, pola asuh, hingga lemahnya pendidikan karakter yang mestinya menjadi nafas dari setiap pembelajaran.
Dan jika tidak segera dilakukan tindakan penanganan, maka rantai pendidikan akan terus ternodai dan kita tidak akan siap hadapi tantangan abad 21.
Pendidikan Karakter yang Hilang
Salah satu tujuan utama pendidikan adalah membentuk budi pekerti. Namun, realitas menunjukkan karakter sering kali diperlakukan sebagai “pelengkap”, bukan inti. Murid dijejali materi akademik, tetapi minim ruang untuk mengelola emosi, menghormati otoritas, dan belajar tanggung jawab.
Ki Hajar Dewantara pun pernah berkata:
"Pendidikan adalah tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Maksudnya, pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya sebagai manusia maupun anggota masyarakat.”