Mohon tunggu...
Yayuk Sulistiyowati M.V.
Yayuk Sulistiyowati M.V. Mohon Tunggu... Guru - Pembalap Baru

SOLI DEO GLORIA

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Bisa dan Biasa Tanpa TV

6 November 2022   10:45 Diperbarui: 7 November 2022   17:30 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dengan bisa tanpa TV, pada akhirnya kami juga biasa tanpa TV (Gambar oleh StartupStockPhotos dari Pixabay)

Awal bulan November, tepatnya per 2 November 2022, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) resmi menghentikan siaran TV analog atau analog switch off (ASO) di wilayah Jabodetabek. Selanjutnya masyarakat hanya dapat menonton siaran TV digital.

Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD, Menkominfo Johnny G. Plate serta para direktur televisi di Indonesia sepakat melakukan penghentian TV analog dan beralih ke TV digital sebagai upaya untuk mengembangkan perekonomian digital.

Kebijakan yang masih saja menuai pro dan kontra ini diabaikan oleh sebagian masyarakat yang sudah tidak lagi bergantung pada siaran televisi. Sejak teknologi informasi dalam genggaman; HP, netbook, notebook menjadi pilihan untuk berselancar di internet termasuk streaming siaran televisi.

Setahun terakhir keluarga saya tidak lagi menyaksikan siaran televisi. Sejak televisi layar datar tua milik kami tersambar petir dan wacana kebijakan peralihan TV analog ke TV digital mulai menggelinding, membuat kami memutuskan untuk tidak membeli pesawat televisi dan tak lagi menonton siaran televisi. Sebenarnya kasihan pada ibu saya yang tengah sayang-sayangnya menonton sinetron yang berating tinggi waktu itu.

Mengapa tidak beli TV baru, kan banyak smart TV yang sangat mendukung teknologi digital?

Menurut saya jika ada dana lebih ya baik juga beli pesawat televisi, namun menurut hemat saya tidak terlalu penting juga. Semua dapat diatasi secara smart dengan menggunakan media HP, notebook ataupun netbook.

Tayangan yang sempat meraih rating tertinggi di masa Pandemi | dok. pribadi 
Tayangan yang sempat meraih rating tertinggi di masa Pandemi | dok. pribadi 

TV MULAI DITINGGALKAN 

Teknologi informasi dan digital semakin berkembang pesat. Manusia modern mulai bergeser memanfaatkan kecanggihan teknologi dan meninggalkan hal-hal yang sifatnya tidak praktis, termasuk menonton melalui media televisi.

Perilaku generasi milenial mulai bergeser pada dunia digitalisasi teknologi dalam genggaman. Melalui telepon genggam informasi dapat diakses di mana-mana, termasuk siaran televisi yang dapat disaksikan secara streaming.

Masa pandemi Covid-19 yang mendera bangsa dan dunia sejak triwulan pertama 2020 menjadi masa peralihan teknologi di berbagai sektor. Terdapat akselerasi yang luar biasa dalam pemanfaatan teknologi digital di berbagai bidang.

Pandemi memaksa segala sisi kehidupan beralih ke dunia digital yang praktis, cepat dan efektif. Demikian juga dengan televisi yang sejak booming-nya internet sebagai media yang memudahkan segala aktivitas manusia, mulai tidak dilirik apalagi ditonton. 

Dilansir melalui media antaranews.com Perusahaan riset Nielsen mengumumkan hasil pengukuran fase pertama jumlah penonton televisi (TV) analog maupun digital yang naik dari 58,9 juta penonton menjadi 96 juta penonton hingga bulan Juli 2022, atau naik sekitar 70-an persen. [21/07/22].

Meskipun demikian tak dapat dipungkiri bahwa manusia milenial lebih cenderung tidak lagi menggunakan TV. Kecenderungan ini akan berlangsung terus bahkan mungkin beberapa waktu ke depan tidak akan menggunakan TV sama sekali. Hanya beberapa kalangan saja yang akan memanfaatkan media TV ini.

ALASAN TV TAK LAGI MENARIK 

Bergesernya teknologi menjadi teknologi digital membuat tayangan TV tidak lagi menarik. Tawaran tayangan yang lebih cepat, efektif dan menyenangkan terbuka lebar di dunia internet; tidak hanya informasi atau berita terkini tetapi juga acara-acara yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan pengguna berbagai genre dan usia tanpa lagi memindah mindah manual saluran TV melalui remote. 

Beberapa alasan saya pribadi dan keluarga tidak menonton TV, antara lain adalah :

  • Tayangan TV tak lagi mempunyai bobot yang baik, khususnya sinetron-sinetron Indonesia yang monoton, tidak mendidik dan berputar-putar alur ceritanya atau bahasa Jawanya mbulet.
  • Tidak produktif karena penonton fanatik akan menjadi sia-sia waktunya hanya untuk menunggu tayangan favorit mereka, ditambah lagi iklan yang muncul berulang-ulang melebihi durasi tayangan acara inti itu sendiri.
  • Sudah ada media terbuka yang lebih cepat, efektif dan menyenangkan dengan berselancar di dunia internet (YouTube,dan lain-lain) melalui HP atau gadget yang mendukung.
  • Lebih baik kumpul-kumpul dengan keluarga; jalan-jalan atau healing atau mengerjakan hal-hal penting di rumah bersama keluarga.

Nah, hal-hal inilah yang bagi saya dan keluarga merasa TV tak lagi menarik dan menjadi hal penting. Tetapi kembali lagi, setiap pribadi mempunyai pendapat yang berbeda. Yang terpenting adalah segala sesuatu dapat berjalan aman terkendali baik ada TV maupun tidak.

Wikipedia | Penemuan teknologi | Ilustrasi
Wikipedia | Penemuan teknologi | Ilustrasi

BISA DAN BIASA TANPA TV 

Pada akhirnya ketika keempat point dalam ulasan di atas menjadi alasan saya dan keluarga tidak lagi tertarik menggunakan TV, maka lambat laun kami juga bisa tanpa TV. 

Dengan bisa tanpa TV, pada akhirnya kami juga biasa tanpa TV. Gonjang-ganjing migrasi TV analog menjadi TV digital bukan hal yang mengganggu aktivitas kami. Semua berjalan seperti biasa ketika TV tak lagi menjadi benda primer.

Jika ingin menonton tinggal streaming melalui HP. Ibu saya yang menginjak usia 80 tahun pun mulai terbiasa menonton sinetron melalui YouTube dengan media HP.

Tanpa mengurangi adab kebersamaan dalam keluarga, kami selalu berusaha untuk mengevaluasi setiap hal yang kami temui atau berita yang terkini dalam internet dengan diskusi santai.

Hal ini diperlukan karena berita dari media internet tidak semua mengandung kebenaran. Karena kemudian kemajuan teknologi informasi juga membuka lebar kejahatan digital atau cyber crime. Banyak berita hoax yang membuat perpecahan antar personal.

Nah sahabat kompasianer, seiring perkembangan zaman dan teknologi hendaknya kita juga lebih bijaksana dalam menyikapi kondisi ini. Tidak terbawa arus namun tetap mengikuti arus perkembangannya, karena zaman tidak akan diam di tempat namun akan terus bergerak lebih maju menuju Era Smart Society 5.0. 

Salam semangat! (yy)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun