Mohon tunggu...
Putri Yusi
Putri Yusi Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga dan Dosen

Putri Yusi nama penaku, aku mulai suka menulis ketika dihadapkan pada keadaan yang memaksa untuk lebih produktif. Kala itu sedang resign dari dunia kerja profesional, mengemban amanah sebagai Ketua Ekstra Kampus yang harus eksis di berbagai lini, sejak itulah aku mulai belajar dan berani mengirim tulisan ke beberapa media cetak dan media online. Hingga saat ini aku ingin terus belajar menulis walau tulisanku belum renyah dan mungkin belum nyaman untuk dibaca, maklum namanya juga belajar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengasuhan Bayi dan Kewarasan Ibu: dari Attachment Theory hingga Dukungan Sosial

19 September 2025   16:35 Diperbarui: 19 September 2025   16:35 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : halodoc. Gambar: Pengasuhan Bayi 

Mengasuh bayi adalah tantangan super yang harus dijalankan oleh seorang Ibu. Tidak berat, dalam mengasuh bayi namun juga tidak ringan dalam menjalankannya. Fase pengasuhan yang akan dialami oleh setiap Ibu setelah Melahirkan. Ekspektasi ketika mengandung, setiap hal berat dalam mengandung akan segera berakhir dengan melahirkan, namun ternyata ekspektasi tersebut kurang tepat. Hal berat lainnya akan datang pada fase pengasuhan dan fase MengASIhi.

Kehadiran seorang Ibu bukan hanya memberi ASI, mengganti popok, menggendong bayi tetapi juga bagaimana untuk tetap menjaga kewarasan diri di tengah rutinitas yang melelahkan. Menjadi ibu berarti berhadapan dengan tanggung jawab yang tidak mengenal jeda, sementara tubuh dan pikiran juga butuh ruang untuk beristirahat. Peran ibu dalam fase pengasuhan bayi sangatlah krusial. Bayi menggantungkan rasa aman, kenyamanan, bahkan perkembangan emosionalnya pada sentuhan dan respon ibunya. Studi dari John Bowlby (1969) tentang attachment theory  menegaskan bahwa responsivitas ibu terhadap kebutuhan bayi akan membentuk rasa aman yang menjadi fondasi Kesehatan mental anak di masa depan. Sentuhan lembut, tatapan penuh kasih, serta pelukannya menjadi pondasi tumbuh kembang yang sehat. Peran tersebut sering membuat ibu terjebak dalam tekanan untuk selalu sempurna. Data dari  World Health Organization (2022) menunjukkan bahwa 20% ibu mengalami depresi pasca persalinan. Data ini memperlihatkan betapa pentingnya menjaga kewarasan dan Kesehatan mental ibu, bukan hanya fokus pada kebutuhan bayi.

Hidup waras berarti ibu belajar menyeimbangkan antara kebutuhan bayi dan dirinya sendiri. Sebab,penelitian menunjukkan bahwa ibu yang cukup istirahat dan memiliki kesejahteraan psikologis lebih mampu memberikan pengasuhan positif, (Schette & Tanner, 2012). Artinya merawat diri bukan bentuk egoism seorang ibu melainkan fondasi agar ibu mampu memberikan pengasuhan yang penuh kasih, konsisten, dan sehat secara psikologis.

Ada beberapa langkah praktis dalam menjaga kewarasan bagi ibu baru, antara lain:

  • Berbagi peran dengan pasangan dan atau keluarga. Riset menunjukkan bahwa keterlibatan Ayah dalam pengasuhan berkontribusi pada perkembangan kognitif dan social anak (Lamb, 2010). Ayah tidak hanya memainkan peran sebagai penyedia kebutuhan fisik, tetapi juga sebagai sumber pembelajaran konseptual melalui pola komunikasi, pendekatan logis dalam menyelesaikan masalah dan stimulasi melalui aktivitas berbasis permainan yang mengandung tantangan (Nursyahbani, 2023).
  • Menerima bahwa Lelah itu wajar. Tidak perlu memaksakan diri untuk menjadi ibu sempurna. Stress maupun baby blues bukan bukti kegagalan, melainkan sinyal tubuh dan jiwa untuk diperhatikan.
  • Mencari ruang me time. Meski hanya 10 menit untuk minum susu segar hangat, membaca, aktivitas ini memberi jeda pentig bagi Kesehatan mental.
  • Tidak segan meminta bantuan. Dukungan social dari keluarga dan komunitas terbukti menurunkan risiko stress dan depresi bagi ibu baru.
  • Mencari ruang me time dan jadwalkan recovery. Istirahat, bicara dengan teman, minum susu hangat atau membaca meski hanya 10 menit aktivitas ini memberi jeda penting bagi kesehatan mental.
  • Konsultasi professional bila perlu. Bila gejala emosional berlangsung lebih dari dua minggu atau menggangu fungsi sehari-hari, pertimbangkan pendampingan psikolog atau bidan terlatih.

Perempuan bukan hanya pengasuh bayi, tapi manusia yang membutuhkan dukungan sosial, informasi, dan pengakuan atas kebutuhan dirinya sendiri. Menjadi ibu adalah anugerah, tapi menjaga kewarasan adalah perjuangan. Bayi membutuhkan ibu yang sehat, bukan hanya secara fisik, melainkan juga mental. Hidup waras bukan egoisme, melainkan fondasi agar ibu mampu memberikan pengasuhan yang penuh kasih, konsisten, dan sehat secara psikologis Dengan menjaga keseimbangan, proses pengasuhan tidak hanya menjadi beban, tetapi juga pengalaman berharga penuh makna yang meninggalkan jejak positif, baik bagi ibu maupun sang anak.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun