Kisah pun saya lanjuti dengan  diasuhnya Nabi oleh kakeknya Abdul Mutholib. Kasih sayang kakeknya pun sangat besar kepada Baginda Nabi. Kasih sayangnya melebihi kepad siapapun bahkan kepada dirinya sendiri.
Meski Nabi yatim piatu dan hanya memiliki seorang kakek, kehidupan masa kecilnya tetap bekerja keras menggembalakan kambing hingga  hewan peliharaannya semakin banyak dan gemuk.
3. Nabi seorang yang Jujur (Al Amin)
Point ke-3 yang saya kisahkan adalah tentang kejujuran. Untuk menjadi seorang yang besar di kemudian hari, ada satu modal utama dalam kehidupan yang mesti dimiliki oleh setiap anak. Apapun statusnya kaya atau miskin "kejujuran" dalam arti sebenarnya yang harus dimiliki.
Jujur dalam sikap, perkataan dan tindakan adalah  keseharian masa kecil Rasulullah hingga diangkat menjadi seorang Nabi oleh Allah SWT. Jujur adalah barang langka untuk saat ini. Disaat kejujuran sudah langka , maka pengajaran tentang sifat baik ini harus ditanmkan sesegera mungkin kepada anak -- anak kita.
Jujur meski harus sakit, jujur meski harus menderita. Banyak kisah -- kisah semisal kisah kejujuran Nabi Yusuf Alaihi Salam yang kemudian menjerumuskan Beliau ke penjara. Tapi akhirnya dia diangkat menjadi raja dan berhasil dalam perjuangannya. Â Pun demikian kisah -- kisah orang -- orang besar setelahnya jujur kemudian menderita lalu menjadi pemenang.
Nabi Muhammad SAW karena dididik langsung oleh Allah SWT , kejujurannya tidak tertandingi oleh manusia manapun, karena sifatnya inilah maka Beliau diberi gelar Al Amin (yang terpercaya) dan memberikan  keuntungan ketika memulai dakwah kepada istri dan para sahabatnya di kemudian hari setelah diangakat menjadi Rasul pada usia 40 tahun. Â