Mohon tunggu...
Yurista Fatinah
Yurista Fatinah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Yurista Fatinah

Merawat Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Film

Yurista Fatinah - Resensi Film Sokola Rimba

16 November 2022   21:23 Diperbarui: 16 November 2022   22:26 8346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nama : Yurista Fatinah 

NIM    : (2003010016)

MK     : Kemahiran Menulis 

Kelas : M2 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 

Resensi Film Sokola Rimba



1. Identitas 

   1) Judul                     : Sokola Rimba

   2) Sutradara           : Riri Riza 

   3) Tokoh :

       - Prisia Nasution berperan sebagai Butet Manurung

       - Rukman Rosadi berperan sebagai Bahar

       - Nadhira Suryadi berperan sebagai Andit

       - Nyungsang Bungo berperan  sebagai Nyungsang Bungo

      - Produksi Tahun     : 21 November 2013

      - Rumah Produksi   : Visi Lintas Films

       - Durasi                       : 90 Menit

2. Sinopsis Film Sokola Rimba

                    Hampir tiga tahun lamanya bekerja di sebuah lembaga konservasi di wilayah Provinsi Jambi, Prisia Nasution sebagai pemeran Butet Manurung telah menemukan hidup yang diinginkannya dalam Film Sokola Rimba. Dengan mengajarkan baca tulis dan berhitung kepada anak-anak masyarakat asli suku anak dalam, yang dikenal sebagai Orang Rimba. Orang Rimba tinggal bermukim di hulu Sungai Makekal di hutan bukit Dua belas, Provinsi Jambi.

                   Suatu hari, Butet Manurung terserang demam malaria di tengah hutan menuju suku pedalam Rimba. Seorang anak tak dikenal bernama Nyungsang Bungo datang menyelamatkannya dan membawakan Butet Manurung menuju tempat tinggalnya. Ia berasal dari Hilir sungai Makekal, yang jaraknya lebih kurang 7 jam perjalanan untuk bisa mencapai hulu sungai, tempat Butet mengajar.

                 Diam-diam Bungo telah lama memperhatikan Ibu guru Butet Manurung mengajar membaca waktu Butet Manurung numpang tinggal untuk beberapa hari sebelum menuju suku pedalaman Rimba . Ia membawa segulung kertas perjanjian yang telah dicap jempol oleh kepala adatnya, dengan isi surat persetujuan orang desa mengeksploitasi tanah adat mereka, karena palaku eksploitasi yang tidak bertanggung jawab mengetahui bahwa suku pedalaman Rimba tidak mengenal baca dan tulis. Bungo ingin belajar membaca dengan Butet agar dapat membaca dan mengetahui isi surat perjanjian itu.  

                 Pertemuan dengan Bungo menyadarkan Butet untuk memperluas wilayah kerjanya ke arah hilir sungai Makekal  dengan rintangan yang banyak menghadapi niat baik Butet Manurung ditambah lagi dengan keinginannya itu tidak mendapatkan restu baik dari tempatnya bekerja, bahkan dari kelompok rombong Bungo yang masih percaya bahwa belajar baca tulis dapat membawa malapetaka bagi mereka.

                 Akan tetapi melihat keteguhan hati, semangatnya dan kecerdasannya Bungo, membuat Butet mencari segala cara agar ia bisa tetap mengajar Bungo dan anak penduduk Rimba setempat, hingga malapetaka yang ditakuti oleh Kelompok Bungo betul-betul terjadi, dimana terjadi kebakaran di perkebunan para suku asli Rimba. Setelah kejadian kebakaran, barulah tersadar para penduduk Suku Rimba bahwa sangat dibutuhkan baca tulis untuk mereka, akhirnya mereka menerima Butet Manurung, dan Butet  Manurung terpisahkan dari masyarakat Rimba yang dicintainya karena kontrak kerja mengajar ke suku pedalam sudah habis dan ia harus kembali ke tempat ia berasal.

3. Keunggulan Film 

                  Keunggulan film ini terletak pada isi filmnya yaitu dimana dengan intinya menyadari bahwa Orang Rimba membutuhkan bekal ilmu untuk menghadapi modernisasi yang kelak dapat mengancam eksistensi kehidupan mereka, Butet Manurung berambisi untuk memberikan pengajaran kepada orang Rimba berupa baca, tulis dan berhitung. Pengambilan latar film dan para pemain yang dapat menjiwai peran yang dimainkan, memberikan kesan yang sangat dalam seolah-olah benar terjadi.

                    Meskipun selama perjalanannya ia sempat dianggap sebagai pembawa malapetaka karena mengajarkan hal asing, yaitu baca-tulis, insiden tersebut tidak mengurangi semangat Butet dalam berjuang serta menyusun strategi untuk mengenalkan pendidikan kepada masyarakat Rimba tentang pentingnya menjunjung nilai budaya, perjuangan, serta pengabdian memberikan ilmu yang tidak harus semua diperhitungkan dengan uang dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

4. Keunikan Film 

Dimana keunikan film ini terletak pada pemain utamanya yaitu Prisia Nasution berperan sebagai Butet Manurung yang bisa berinteraksi dengan suku pedalaman Rimba di Jambi dengan bisa berkomunikasi menggunakan bahasa Suku Rimba sendiri dan uniknya lagi pemeran utamanya sebagai lawan dari aktris Prisia Nasution berperan sebagai Butet Manurung adalah Nyungsang Bungo, sebagai anak asli pedalaman Rimba di Jambi beserta teman-teman lainnya.

5. Kekurangan Film 

Saya sendiri sebagai penonton film 'Sokola Rimba' tidak melihat kekurangan pada film ini sendiri, karena semua pemain dapat menghidupkan suasana yang sebenarnya pada kehidupan orang Rimba.

6. Perbandingan film dengan yang lain 

                   Perbandingan film dengan yang lain seperti antara film 'Sokola Rimba' dan 'Laskar Pelangi' yaitu sama-sama menceritakan pentingnya akses pendidikan untuk anak Indonesia, apalagi untuk suku Rimba sebagai pedalaman suku yang ada di Jambi yang sering dimanfaatkan orang yang tidak bertanggung jawab atas eksploitasi alam seperti pohon dan lahan yang ada dicerita 'Sokola Rimba' yang dimana menuntut orang Rimba harus menandatangani perjanjian yang tidak bisa dibaca atau tidak dimengerti oleh orang Rimba sendiri mengakibatkan lahan meraka diambil sama orang yang tidak bertanggung jawab.

                    Sama halnya dengan film 'Laskar Pelangi' seorang anak dengan sembilan teman lainnya harus tetap bersekolah di Sekolah Muhammadiyah, Pulau Belitong yang penuh dengan keterbatasan dan sekolah akan digusur, pemilik tanahnya ingin mengambil hak tanahnya yang telah dibangun di atas sekolah Muhammadiyah tetapi para guru tetap memperjuangkan sekolahnya karena masih melihat semangat belajar oleh anak-anak didiknya pada cerita 'Laskar Pelangi' walaupun dengan banyak rintangan.

7. Kesimpulan dan Rekomendasi 

                  Kesimpulan pada film 'Sokola Rimba' yaitu akses pendidikan seperti yang paling utama adalah pada baca-tulis dan berhitung harus menjadi dasar yang dimiliki oleh orang Indonesia baik yang ada di kota maupun di desa atau di pedalaman suku, seperti Suku Rimba yang ada di Jambi, agar tidak terjadi kembali eksploitasi alam yang seharusnya milik hak Suku Rimba secara habis-habisan diambil secara berlebihan oleh orang yang tidak bertanggung jawab hanya mau keuntungan sendiri dan pendidikan harus dikenalkan pada Suku Rimba, karena pendidikan sangat penting dalam kehidupan bukan berarti pendidikan pembawa malapetaka malah sebaliknya membuat kita sadar akan pengetahuan.

                   Rekomendasi pada film ini, yaitu film ini harus disaksikan oleh guru dan siswa yang ada diseluruh Indonesia karena siswa dapat mengambil hikmah dari film ini yaitu 'kita harus menguasai baca-tulis dan berhitung dasar' tetapi bagi guru Indonesia juga dapat mengambil hikmah yaitu menjadikan dirinya yang memberi ilmu bukan hanya di kota saja, untuk sekali-sekali berbagi ilmu dengan orang pedalaman yang harus mengetahui perkembangan ilmu dan teknologi di zaman sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun