Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

1 Tahun Gereja Online: Salam Namaste!

22 Maret 2021   05:14 Diperbarui: 22 Maret 2021   06:01 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.facebook.com/photo?fbid=4384883714859867&set=pcb.4384907931524112

Satu tahun sudah berlalu sejak  pandemi virus corona mendera Indonesia tanpa ampun dan mengubah makna, persepsi, cara berpikir serta berperilaku setiap orang. Ibadah yang biasanya menjadi pusat kerumunan orang dan sangat potensial menyebarkan virus harus dilakukan secara online. Gereja online menjadi pilihan bijak dan tepat kendati sangat tidak mudah memulainya.

Istilah gereja online menjadi representasi perubahan yang terjadi yang mampu menjelaskan bagaimana sebuah ibadah dilaksanakan dengan mengandalkan jaringan internet dengan beragam aplikasi yang tersedia dan terjangkau oleh setiap gereja. Ada juga yang menggunakan istilah lain seperti "gereja santo yuotube" yang memanfaatkan fasilitas jaringan Youtube.

Setahun sudah berlalu, dan segalanya juga sudah berubah. Nampaknya setiap orang sudah bisa menikmatinya, bahkan disana sini banyak kreatifitas, terobosan serta inovasi yang terus berkembang demi menjawab kebutuhan. Manusia telah memasuki new nornal life, hidup dengan kenormlan baru. Semuanya berusaha melakukan adaptasi yang masif dengan seluruh konsekuensi yang harus dikelola, terutama sumberdaya yang dimiliki seperti waktu, tenaga, uang, fasilitas, jaringan, pengetahuan dan keterampilan agar berjalan dengan efisien dan efektif.

Perjalanan satu tahun dalam mengelola gereja online, ibadah secara daring atau secara virtual telah membentuk sebuah perilaku baru bahkan budaya yang baru sebagai cara manusia untuk mendefinisikan ulang makna dan pesan ibadah di gereja. Makna beribadah di gereja yang selama ini harus ada interaksi secara langsung, secara fisik antara jemaat, dan seakan disanalah makna ini dicapai, ternyata tidak lagi harus demikian, karena interaksi yang hakiki itu ada dalam pikiran, hati serta jiwa setiap individu itu sendiri. 

Gereja secara online artinya setiap orang dalam lingkup sangat kecil yaitu keluarga memiliki kualitas ibadah yang jauh lebih baik dan efektif sebagai sarana mengantar keluarga menjadi lebih baik, solid, kuat dalam segala hal. Anggota keluarga memiliki waktu yang jauh lebih bekualitas untuk membangun saling pengertian, saling mendukung, saling menjaga dan mengembangkan untuk mewujudkan target, tujuan dan mimpi-mimpi bersama. Dan tentu saja jauh lebih menyehatkan karena terhindar dari penyebaran beragam virus dan bakteri jahat.

Menarik mencermati bagaimana setiap gereja, atau kelompok umat/jemaat membangun interaksi secara daring. Hasilnya memang menakjubkan. Lihat saja setiap ibadah sekarang ini, penuh dengan keseruan. Paduan suara, koor, vocal group bahkan menyanyi solo pun menjadi daya tarik dalam kegiatan gereja online. Inisiatif umat begitu tinggi untuk berlatih dan bernyanyi untuk memeriahkan setiap ibadah. 

https://www.youtube.com/watch?v=FcvUqaNuDX4
https://www.youtube.com/watch?v=FcvUqaNuDX4
Gereja online telah menjadi instrumen budaya baru dalam beribadah, mulai dari anak-anak sekolah minggu, hingga kelompok usia lanjut. Mulai hanya sekedar membaca Alkitab secara kelompok hingga acara Pemahaman/penelaahan Alkitab yang bisa diikuti oleh puluhan bahkan ratusan orang. Pun rapat-rapat di gereja sudah bisa dikerjakan secara online dengan penuh warna-warni. Nampak, semua orang bisa menikmatinya, termasuk ketika jaringan internet terputus pun tidak ada keluhan atau protes, karena bisa pindah ke jalur lain, dari jaringan wifi ke jaringan kuota.

Pandemi covid-19 telah me-disrupsi ibadah di gereja sehingga gereja online menjadi sebuah keniscayaan yang harus disadari dan dikembangkan oleh setiap umat agar pesan, maka dan tujuan ibadah itu tercapai. Sukacita dan kegembiraan, kesejahteraan, damai sejahtera dapat dialami oleh setiap orang dalam persekutuan secara daring dan virtual. Dan pada akhirnya, kualitas kehidupan akan menjadi lebih maju dan baik adanya.

Budaya baru dalam beribah telah berubah secara total, terutama dengan urusan salam-salaman yang harus dilakukan secara fisik. Bersalaman dengan pendeta dan/atau para pelayan gereja dan antar anggota jemaat merupakan ritual puncak dalam setiap ibadah. Semua berusaha untuk bersalaman dengan penuh sukacita, gembira, saling menyapa, meneguhkan dan berpesan-pesanan. 

Kini tidak boleh lagi, bahkan saat ini pun ketika jumpa orang tidak lagi berusaha bersalaman secara fisik. Tetapi harus dilakukan dengan cara lain yang jauh lebih , yaitu "Salam Namaste" setiap selesai acara ibadah di gereja, baik secara online maupun bukan.

Seperti lansir dari kompas.com, namate itu merupakan kebiasaan yang dipertunjukkan orang ketika usai berlatih yoga sambil mengucapkan namaster diikuti gerakan kedua tangan dikatupkan di dada. Namaste itu sendiri juga dikenal sebagai salam Hindu yang pada umumnya diucapkan saat berjumpa dan terutama saat perpisahan. Salam ini menjadi populer karena tidak ada kontak fisik dan menjadi sangat bagus dilakukan ketika selesai ibadah online.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun