Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pendekatan Kunci agar Karyawan Terbaik Tidak Keluar Perusahaan

15 November 2018   17:34 Diperbarui: 15 November 2018   21:12 2011
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: crowntv-us.com

Merekrut karyawan mungkin tidak terlalu sulit, tetapi memelihara dan menjaga karyawan agar tidak keluar dari perusahaan akan jauh lebih sulit lagi. Apalagi kalau yang keluar itu adalah karyawan yang terbaik yang dimiliki oleh perusahaan.  Dampaknya bagi perusahaan juga menjadi serius ketika yang minta mundur dari pekerjaannya itu adalah karyawan kunci yang selama ini menjadi tulang punggung perusahaan.

Isu  employee turn-over yang tinggi dalam suatu perusahaan menjadi momok yang sangat tidak diinginkan oleh sebuah organisasi, karena akan sangat mempengaruhi produktifitas dan kinerja perusahaan. Perputaran karyawan, atau keluar-masuknya karyawan menjadi indikasi yang tidak sehat bagi pengelolaan sumberdaya manusia yang dimiliki perusahaan.

Oleh karenannya, maka perhatian utama seorang Direktur atau Manajer HRD adalah bagaimana menjaga dan memelihara karyawan agar mereka tidak tergoda untuk keluar dari perusahaan. Ini menjadi sangat berat dan sulit, ketika lingkungan perusahaan begitu ketat persaingan yang ada. Setiap karyawan pasti memiliki akses informasi tentang peluang kerja yang lebih baik diluar sana.

Untuk itu, pimpinan suatu perusahaan harus mengembangkan sensitifitas yang tinggi terhadap keberadaan karyawan yang dimiliki. Terutama faktor-faktor yang mempengaruhi si karyawan agar betah dan tak mau tergoda keluar.

Guru Besar Manajemen Sumber Daya Manusia yang sangat terkenal, Prof Gary Dessler, dalam bukunya Human Resources Management (2017), mengingatkan semua para CEO perusahaan untuk mengembangkan "Comprehensive Approach to Retaining Employees", khususnya para karyawan-karyawan terbaiknya.

Sebuah pendekatan yang menyeluruh menjadi kebutuhan yang tidak bisa dihindari lagi oleh sebuah perusahaan, kalau mau tetap eksist dan bisa bertahan bahkan mampu bersaing dengan perusahaan lainnnya.

Pendekatan komprehensif yang dimaksud tidak hanya lagi terbatas pada memberikan gaji yang besar kepada karyawan, tetapi juga aspek lainnya yang harus diperhadapkan kepada karyawannya, seperti tantangan-tantangan baru, kesempatan yang baru, mengembangkan inovasi, bahkan proses rekrutment karyawan yang bebrbasis Talent Management maupun yang lainnya.

Dessler mengatakan bahwa ini merupakan bagian tak terpisahkan dari Managing Career dari karyawan di dalam perusahaan. Kepada setiap karyawan harus menegerti Career Path yang dimiliki selama berada dalam perusahaan itu. 

Ketika seorang karyawan mulai bekerja pada posisi atau jabatan tertentu, harus melihat dan memahami arah dari perkembangan karir yang ada dalam perusahaan. Bahkan faham betul apabila dia bertahan dalam perusahaan sampai pensiun, dia tahu peluang tertinggi dan terakhir yang bisa diraihnya dalam perusahaan.

Gary Dessler mengusulkan ada  sejumlah tahapan yang bisa dilakukan perusahaan untuk mempertahankan karyawannya agar tidak keluar dari pekerjaannya, dan bisa bertahan sampai pensiun. Langkah-langkah itu, ada 7 :

  1. Raise pay. Menyediakan kompensasi yang terus meningkat
  2. Hire SMART. Proses rekrutment sudah harus dimulai sejak awal tahap seleksi agar tidak salah memilih karyawan
  3. Discuss Careers. Libatkan karyawan untuk memahami karir yang bisa mereka dapatkan selama berada dalam perusahaan. Ini menjadi kunci kepedulian yang sangat dibutuhkan oleh setiap karyawan.
  4. Provide Direction. Intinya adalah setiap karyawan tidak boleh merasa tidak tahu apalagi buta tentang apapun perkembangan pekerjaan yang sedang ditekuni. Karyawan membutuhkan keterbukaan informasi seputar perkerjaan mereka.
  5. Offer Flexibility. Hasil riset menunjukkan bahwa karyawan sangat sensitive terhadap "flexible work arrangements", dan "telecommuniting". Inilah kata kunci yang membuat karyawan betah dan tidak mau keluar dari pekerjaannya.
  6. Use High-Performance HR Practices. Karyawan sangat membutuhkan tantangan dalam kinerja yang akan dicapai oleh pekerjaannya. Ketika perusahaan memberikan target kinerja yang tinggi maka karyawan akan betah untuk melakukan dan memberikan yang terbaik. Sebaliknya ketika tantangan itu tidak ada, mereka cenderung akan mencari tantangan di luar perusahaan.
  7. Counteroffer. Ini salah satu langkah terakhir ketika semua langkah lain tidak berhasil, yaitu counteroffer dengan si karyawan. Perusahaan harus berani untuk membayar ataupun memberikan apa yang diharapkan oleh karyawan asalkan jangan keluar.

Ketujuh langkah diatas tentu tak mudah bagi perusahaan untuk melakukannya. Itu sebabnya Dessler mengusulkan sebagai sebuah pendekatan yang menyeluruh sebagai key approaches, sedemikian rupa sehingga semua masalah potensial yang mungkin muncul dari sisi karyawan bisa dikenali dan bisa diatasi dengan cepat sebelum mereka keluar dari pekerjaannya.

Walaupun demikian, ke-7 langkah diatas, tidak menjadi jaminan 100% bahwa karyawan yang terbaik tidak akan keluar. Dalam kasus-kasus tertentu, walaupun perusahaan sudah menerapkan semua langkah terbaiknya, tetapi karyawan tetap memiliki keputusan pribadi untuk resign dari perusahaan.

Susan M Heathfield dalam sebuah artikelnya mengidentifikasi sejumlah cara praktis sebagai tips untuk menjaga agar karyawan terbaik tidak keluar dari perusahaan :

1. Pastikan karyawan tahu apa yang Anda harapkan dari mereka.

Ini tips yang sangat mendasar, agar semua hal karyawan faham betul keinginan perusahaan dari kehadiran mereka dalam perusahaan. Oleh karenanya sebaiknya perusahaan menyediakan kerangka kerja khusus di mana orang dengan jelas mengetahui apa yang diharapkan.

2. Berikan manajemen atau pengawasan kualitas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak karyawan terbaik keluar dari perusahaan karena manajemen atau atasan mereka tidak berkualitas. Ya, mungkin karyawannya lebih berkualitas dari pimpinannya. Bagaimanapun ini agak pelit, tetapi pimpinan tertinggi perusahaan harus faham sekali tentang ini. Keluhan karyawan sering mengarah pada hal-hal seperti :

  • Kurangnya kejelasan tentang harapan
  • Kurangnya kejelasan tentang potensi penghasilan
  • Kurangnya umpan balik tentang kinerja
  • Gagal mengadakan rapat terjadwal
  • Kegagalan untuk menyediakan kerangka kerja di mana karyawan merasa mereka dapat berhasi

3. Platform bagi karyawan  mengungkapkan pikiran secara bebas dalam organisasi.

Apakah perusahaan Anda meminta ide dan menyediakan lingkungan di mana karyawan merasa nyaman memberikan umpan balik? Jika demikian, karyawan dapat menawarkan ide, merasa bebas untuk mengkritik dan berkomitmen untuk perbaikan terus-menerus --- semua faktor yang berkontribusi terhadap retensi karyawan.

4. Biarkan karyawan menggunakan bakat dan keterampilan mereka.

Karyawan yang termotivasi ingin berkontribusi pada area kerja di luar deskripsi pekerjaan spesifiknya.Mulailah dengan meluangkan waktu untuk mempelajari keterampilan, bakat, dan pengalaman masa lalu dan saat ini dari karyawan Anda, kemudian lakukan sentuhan untuk itu.

5. Berikan persepsi tentang keadilan dan perlakuan yang adil.

Jika perwakilan penjualan baru diberikan akun yang berpotensi menghasilkan, yang paling berhasil, anggota staf lainnya pasti akan ditipu. Gaji juga penting. Jika seorang staf dengan pengalaman tiga tahun diberi kenaikan $ 15.000 dan lebih banyak staf senior yang menerima $ 10.000, tidak diragukan lagi moral karyawan yang diremehkan akan terpengaruh. Sekalipun karyawan layak mendapat kenaikan gaji, akuilah bahwa keputusan-keputusan ini akan berdampak negatif pada orang lain.

6. Alat, waktu, dan pelatihan harus menjadi sahabat Anda.

Ketika seorang karyawan gagal di tempat kerja, tanyakan, "Bagaimana dengan sistem kerja yang menyebabkan orang itu gagal?" Karyawan harus memiliki sarana yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan mereka dengan baik. Jika tidak, mereka akan pindah ke majikan yang memberi mereka alat untuk sukses.

7. Ingat bahwa karyawan teladan ingin belajar dan tumbuh.

Kecuali karyawan dapat mencoba peluang baru, mengambil tugas yang menantang, dan menghadiri seminar, mereka akan mandek. Karyawan yang berorientasi pada karier dan dihargai harus mengalami peluang pertumbuhan dalam organisasi Anda.

8. Pastikan manajemen senior tahu ada karyawan.

Ini adalah keluhan umum yang disuarakan selama wawancara keluar. Bahkan presiden perusahaan perlu meluangkan waktu untuk bertemu dengan karyawan baru untuk belajar tentang bakat, kemampuan, dan keterampilan mereka. Bertemu dengan setiap karyawan secara berkala adalah alat penting untuk membantu karyawan merasa diakui dan menghasilkan loyal.

9.Apapun situasinya, jangan pernah mengancam pekerjaan atau penghasilan karyawan.

Bahkan jika Anda tahu PHK sedang menjulang, itu kesalahan untuk meramalkan informasi ini dengan karyawan. Itu membuat mereka gugup tidak peduli bagaimana Anda mengutarakan atau menjelaskan informasi dan anggota staf terbaik Anda akan memperbarui resume mereka. 

Anda tidak boleh menyimpan informasi yang solid dari orang lain tetapi berpikir sebelum Anda mengatakan sesuatu yang membuat orang merasa perlu mencari pekerjaan lain.

10. Buat anggota staf merasa dihargai.

Sering mengucapkan terima kasih atas pekerjaan yang dilakukan dengan baik berjalan jauh. Dan, hadiah uang, bonus, dan hadiah membuat ucapan terima kasih lebih signifikan. Meningkatkan terikat pada prestasi dan pencapaian akan membantu Anda

Membahsa tentang reetensi karyawan atau mempertahankan karyawan terbaik merupakan isu stretagis yang tidak boleh diabaikan oleh manajemen atau Pimpinan perusahaan. Karena startegis maka menyangkut kepentingan jangka panjang dari perusahaan.

Tidak saja jangka panjang tetapi juga memepengaruhi keseluruhan operasi perusahaan dari hari ke sehari. Sangat mungkin ketika karyawan terbaik harus keluar, maka akan menganggu jalannnya proses produksi, dan berdampak kepada pasar yang menunggu produk dan jasa. Bahkan terancam kehilangan pelanggan.

Dampaknya bisa menyentuh bidang anggaran dan keuangan perusahaan ketika karyawan terbaik harus meninggalkan perusahaan.

Oleh karena strategisnya retensi karyawan ini maka tidak boleh diabaikan dan harus dikelola secara strategis pula.

Yupiter Gulo, 15 November 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun