Mohon tunggu...
Yuniandono Achmad
Yuniandono Achmad Mohon Tunggu... Dreams dan Dare (to) Die

Cita-cita dan harapan, itu yang membuat hidup sampai saat ini

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

PBSI, dari Hong Kong di Solo Mendarat

16 September 2025   11:20 Diperbarui: 17 September 2025   04:28 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedangkan di perempat final, ada 2 (dua) wakil di dua sektor. Petunggal putra usia 20 tahun, Alwi Farhan dan sepasang pemain ganda yang dari segi usia bisa dikatakan senior, yakni Sabar Karyaman Gutama/ Moh Reza P Isfahani.

Apa yang menghubungkan antara “Alwi Farhan” dengan “Icuk Sugiarto” dan Hong Kong? Yaitu: kota Solo. Icuk orang Solo. Kalau Alwi Farhan asalnya adalah kampung Arab di Pasar Kliwon, Solo. Icuk juara Hong Kong Open tahun 1988. Alwi baru tahap semifinal.

Kembali ke performa pemain PBSI. Di sektor ganda putri. HK Open memberi sebuah lubang jebakan masal sehingga berguguranlah ganda kita. Padahal sebenarnya HK Open ini menandai upaya "proyek coba-coba" ganda putri kita, dengan mengocok pasangan kombinasi lama dengan baru. Dari mulai Apriyani yang dipasangkan lagi dengan Siti Fadia Ramadhanti. Lalu Febri Kusuma berpasangan dengan MTP Sari.

Apriyani Rahayu/ Siti Fadia Ramadhanti kalah melawan pasangan uji coba Jepang, Chiharu Shida/ Arisa Higashino di babak 16 besar dengan straight game. Febri Kusuma/ MTP Sari lagi lagi kalah melawan Pearly Tan/ Thinaah (Malaysia) di babak 16 besar dengan straight set. Selain mereka pasangan ganda putra kita, juara Korea Open 2024, yaitu Leo Rolly Carnando/ Bagas keok di tangan Liang Wei Keng/ Wang Chan.

Kota atau negara Hong Kong memberi elegi bagi dunia perbulutangkisan kita.

Sekitar 8 (delapan) tahun lalu, penulis Hong Kong yang memiliki darah Indonesia bernama Xu Xi mengarang novel berjudul "Dear Hong Kong: An Elegy to a City".

Xu Xi memiliki nama lain Komala, yang di buku tersebut menulis sebuah memoar yang sangat personal tentang Hong Kong. Buku ini ditulis sebagai surat perpisahan yang menyayat hati kepada kota yang telah membentuk identitasnya.

Xu Xi menceritakan tentang perasaannya yang bergejolak terhadap Hong Kong, frustrasinya atas perubahan yang terjadi di kota tersebut. Buku ini merupakan reflektif emosional tentang kerinduan, kehilangan, dan identitas.

Dalam bulutangkis HK Open ini kita sebagai pecinta olahraga barangkali merasakan penderitaan yang sama. Elegi sebuah kota dan turnamen klasik yang ada di dalamnya.

HK Open yang dulu bersahabat dengan kita, sarat prestasi oleh pemain PBSI kini tiada yang tersisa. Tanpa satupun yang menginjak podium untuk partai final.

Padahal di HK Open inilah yang memberi kenangan manis bagi legenda kita era 80-90an, yaitu Icuk Sugiarto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun