Mohon tunggu...
Yuni Retnowati
Yuni Retnowati Mohon Tunggu... Dosen - Biarkan jejakmu menginspirasi banyak orang

Dosen komunikasi penyuka film horor dan thriller , cat lover, single mom

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mata Hati yang Terluka (Bagian 3)

3 Juni 2020   10:22 Diperbarui: 3 Juni 2020   10:20 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Pexels.com

"Aku nggak mau lagi latihan modelling," katanya sesaat setelah duduk  menghadap meja makan.

"Kenapa? Sayang lho Drey tinggal dua bulan lagi ujiannya," bujuk Santi merasa tak rela Audrey berhenti di tengah jalan

"Sudah cukup, Ma. Aku nggak mau lagi. Kata Mama dulu modelling buat meningkatkan PD. Aku sudah PD kok Ma. Aku nggak suka kalau  lomba modelling semua pesertanya dapat piala.  Nggak seru Ma , nggak  fair kompetisinya. Jelek juga bisa  jadi juara asal mau beli pialanya."

Begitulah kenyataannya. Audrey sudah bisa membaca keadaan. Lomba modelling beda dengan lomba menyanyi. Kalau lomba menyanyi hanya ada tiga atau paling banyak lima juara yang diperebutkan dengan persaingan yang sangat ketat, lomba modelling hanyalah semacam penghiburan untuk semua peserta karena pasti mendapatkan predikat juara. 

Entah itu juara berbakat, juara favorit atau apa sajalah namanya. Menurut penyelenggara lomba semacam itu bertujuan untuk memotivasi para peserta agar semakin giat berlatih. Ketika Audrey masih kecil dulu, lomba seperti ini mungkin bagus untuknya. Setelah dia besar dan bisa memaknai arti sebuah perjuangan meraih kejuaraan, lomba yang pasti memberikan hadiah tidak lagi menarik minatnya.

"Tapi hari Minggu besok kamu ikut fashion show ya? Ini yang terakhir. Kamu sudah dibuatkan baju pesta sama Mbak Lisna lho. Dia  juga kan ujian merancang busana pesta. Kalau kamu nggak pakai busana rancangannya bisa-bisa dia nggak lulus karena nggak ada nilai."

Fashion show itu pun diikuti Audrey dengan setengah hati. Rama ikut mengantarkan atas permintaan Audrey. Kehadiran Rama ini justru membuat Audrey semakin merasa tertekan. Karena tak pernah terlibat dalam acara seperti itu, Rama menjadi sangat tidak sabar menunggu dari  persiapan hingga acara dimulai. Jam karet memang sudah menjadi tradisi sehingga tidak bisa berharap acara selesai tepat waktu. Rama yang kesal menunggu menumpahkan kekesalannya pada Audrey yang lantas menangis  karena  ikut-ikutan kesal dan tak sabar menunggu giliran. Padahal Audrey harus ganti pakaian tiga kali untuk ditampilkan dalam fashion show bersama teman-teman dari LPK Adana.

Sejak fashion show itu kelihatannya hubungan Audrey dan Rama  menjadi kurang baik. Mereka sering bertengkar entah apa penyebabnya. Masih tetap sering SMS dan menelpon tapi selalu menimbulkan masalah. Santi ikut-ikutan terganggu. Begitu seringnya Audrey memfokuskan perhatian pada HP-nya menyulut kemarahan Santi.

"Kamu kok nggak belajar  Drey. Dari tadi SMS terus. Sudah. Berhenti SMS-nya. Belajar !" bentak Santi.

Tak mempan oleh bentakan, sebentar-sebentar terdengar keypad HP-nya dipencet-pencet . Tanpa bicara lagi Santi segera merebut HP dari tangan Audrey. Terjadi tarik menarik lama sampai akhirnya HP itu terlepas juga dari tangan Audrey. Berpindah ke tangan Santi. Tak lama kemudian Audrey kembali berusaha merebut HP-nya tapi tak berhasil. Santi mengamankan HP itu dengan menyimpan di laci lemari yang kemudian dikunci.

"Kamu sudah kelas tiga. Sebentar lagi ujian. Konsentrasi belajar. Jangan pegang HP waktu belajar !"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun