Mohon tunggu...
Yuni Retnowati
Yuni Retnowati Mohon Tunggu... Dosen - Biarkan jejakmu menginspirasi banyak orang

Dosen komunikasi penyuka film horor dan thriller , cat lover, single mom

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mata Hati yang Terluka (Bagian 1)

27 Mei 2020   13:51 Diperbarui: 27 Mei 2020   13:42 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

          Ini kesalahan Santi juga. Kenapa mengijinkan Audrey berpacaran di usia sedini itu. Baru kelas satu SMP ketika dia sering bercerita tentang teman sekelasnya yang bernama Rama. Katanya Rama suka padanya. Teman-teman sekelasnya juga mendukung  kalau keduanya berpacaran.  Pikiran Santi sangat sederhana waktu itu.  Sebagai anak tunggal Audrey barangkali membutuhkan seorang lelaki yang bisa berperan sebagai kakak. Kehilangan figur ayah sejak kecil  membuatnya merindukan perhatian istimewa  dari seorang lelaki. Siapa tahu Rama bisa mengisi kekosongan figur laki-laki dalam hidupnya. Lagipula untuk anak seusia mereka,  berpacaran  hanyalah istilah untuk berteman dekat dengan lawan jenis.

          Sungguh di luar dugaannya, pengaruh Rama sangat besar dalam kehidupan Audrey selanjutnya. Membuat Audrey berani menentangnya. Seperti saat ini juga ketika Audrey lebih memilih bersama Rama dari pada latihan modelling. Tidak hanya sekali. Sudah beberapa kali. Waktu fashion show juga sering berulah. Tidak sabar menunggu giliran maju atau buru-buru ingin pulang secepatnya setelah selesai memeragakan satu busana padahal masih harus berganti beberapa kali lagi.

          Beberapa waktu yang lalu Santi juga menjadi sangat khawatir dengan keadaan Audrey yang selalu mengeluh sakit.  Perutnya sakit atau dadanya sesak. Berbagai keluhan sering muncul kemudian. Berkali-kali dia membawa Audrey ke dokter untuk menjalani serangkaian pemeriksaan. Uji lab dilakukan untuk urine, darah dan faeces. Tak ditemukan ada penyakit apapun.  Dilakukan EKG untuk melihat jantungnya tapi juga normal semua. Kemudian dicurigai mungkin usus  buntu lalu di-USG  dan lagi-lagi tidak menunjukkan adanya masalah di ususnya. Langkah terakhir USG abdomen untuk melihat apakah ada  masalah rahim. Ternyata semuanya baik-baik saja. Dokter anak yang menanganinya kelihatan bingung harus mendiagnosis apa.

          "Kapan terakhir diajak piknik, Bu?" tanya dokter  anak yang menanganinya. Dokter perempuan berambut pendek itu memandang Santi dan Audrey bergantian.

          "Kenapa Dok?" Santi menatapnya heran mendapat pertanyaan seperti itu. Memang mereka  tidak pernah piknik  lagi  sejak Santi berpisah dengan suaminya. .Setiap kali Santi mengajak Audrey ke tempat wisata selalu ditolaknya. Katanya tidak enak kalau hanya berdua. Mereka lebih sering mengisi hari libur dengan jalan-jalan ke mall atau wisata kuliner. Cara itu yang paling mudah dilakukan keduanya. Tidak makan waktu dan biaya yang banyak.

          "Kami tidak menemukan penyakit apa-apa. Secara fisik dia sehat-sehat saja.  Saran saya mungkin sebaiknya sering-sering diajak piknik ."

          Santi tak bisa memenuhi saran dokter karena Audrey masih selalu menolak diajak piknik. Dia tak ingin menghabiskan waktu di tempat wisata hanya berdua dengan Santi. Kalau saja Santi bisa mengajak teman-teman lain untuk bersama-sama piknik mungkin Audrey akan setuju karena akan ada banyak teman. Bisa juga ikut dalam paket tour yang ditawarkan travel agency. Kendala keuangan sebenarnya memang menjadi pertimbangan bagi Santi hingga rencana piknik itu pun tak pernah terlaksana.

          Kehidupan keduanya berlangsung seperti biasanya. Rutin dan monoton. Santi membagi waktu untuk bekerja di luar dan di dalam rumah. Menyediakan sepenuhnya waktu yang tersisa untuk mengurusi Audrey. Antar jemput ke sekolah dan ke tempat les. Kalau ada fashion show, pementasan atau lomba-lomba, Santi pun selalu siap mendampingi Audrey. Tak peduli seberapa jauh tempatnya dan seberapa lamanya acara itu berlangsung. Audrey selalu menjadi prioritasnya sama seperti ketika dia masih gadis kecilnya dulu. Baginya, kebanggaan dari prestasi Audrey telah cukup menghibur dan menyenangkan hatinya. Audrey mendapat perlakuan selayaknya super star . Dibelikan baju dan sepatu bagus.  Mau makan apa saja selalu dituruti. Gadis kecilnya itu bahkan terbebas dari pekerjaan di rumah.  Santi menyadari kalau sebagian besar energi Audrey  tersedot untuk belajar, latihan , pementasan dan lomba-lomba. Santi tak keberatan melakukan semua pekerjaan rumah sendiri tanpa pembantu. Uangnya dihemat agar bisa membelikan pakaian bagus untuk Audrey atau membeli makanan kesukaannya. Juga untuk membiayai kegiatan-kegiatan Audrey. 

           Audrey yang kini telah ABG. terbiasa dilayani sejak kecil sehingga tidak bisa diharapkan bantuannya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan di rumah. Menyapu tidak bisa bersih apalagi mengepel. Mencuci piring pun menolak meskipun sebenarnya bisa. Menyetrika pakaiannya sendiri dia tidak bisa kecuali kalau terpaksa. Dia menyetrika seragam sekolahnya sebisanya kalau Santi memang sudah tak sempat lagi melakukannya.

          Beberapa bulan yang lalu Santi dibuat panik ketika suatu siang mendapat telpon dari guru BK di sekolah Audrey. Dia harus segera datang ke sekolah karena Audrey pingsan. Bukan karena kepanasan saat upacara atau kecapean waktu olah raga tapi tiba-tiba saja anak itu pingsan selagi mengikuti pelajaran di kelas. Waktu Santi tiba di sana, Audrey masih berbaring lemah di ruang UKS sambil menghirup selang dari tabung oksigen. Setelah merasa agak kuat, dia diantar pulang dengan mobil sekolah sedangkan Santi mengikutinya dengan sepeda motor di belakangnya.

         Rupanya guru-guru mengkhawatirkan keadaan Audrey akhir-akhir ini. Bu Mencik yang menjadi koordinator guru BK mengundang Santi ke sekolah untuk membicarakan hal itu. Santi menduga jangan-jangan Audrey kedapatan berpacaran di sekolah lalu terjadi masalah. Itu sungguh memalukan. Apa yang akan dikatakan Santi nanti kalau benar begitu. Mestinya dia tak mengijinkan Audrey berpacaran di usia dini. Apalagi belakangan ini sering terjadi pertengkaran di antara ke dua  ABG itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun