"Aku nggak bawa duit. Kalau pengin beli-beli gimana?" Trinita agak keberatan.
      "Cuma survei harga , Kak. Penginnya ditahan dulu. Kalau nggak ada duit nggak mungkin beli," Ica merespon segera.
      Karena mereka setuju untuk menghabiskan sisa waktu dengan cuci mata di Mangga Dua, Ica pun bertanya kepada salah satu penjaga outlet bagaimana bisa ke sana. Gadis cantik berdandan natural yang menyambutnya memberikan penjelasan terinci. Nampaknya Ica mengerti semua petunjuknya lalu mengajak Khalisa dan Trinita bergegas mencari angkot.
      "Kakiku mulai pegal ini," keluh Khalisa ketika masih harus berjalan sampai di pangkalan angkot.
      "Berapa kali naik angkotnya Ca?" Trinita ingin memastikan berapa lama perjalanan mereka.
      "Tiga kali Kak," jawab Ica enteng saja.
      Perjalanan yang dipilih dengan rute agak berbelit ternyata memakan waktu lama. Tengah hari mereka baru sampai di Mangga Dua. Mata mereka nanar menatap outlet-outlet yang berjajar di sana. Singgah sebentar untuk mengamati pakaian, sepatu atau tas. Penjual mulai merayu menawarkan harga yang diklaim murah sekali. Meski tergiur apa daya tak ada dana tersedia. Rasanya sungguh menyiksa. Ingin segera pulang dan melupakan barang-barang bagus yang dipajang di sana. Entah jam berapa akan tiba kembali di tempat kos. Berapa kali lagi harus berganti-ganti naik angkot. Pantat menebal kaki kaku kelamaan ditekuk.