Pemerintah juga dapat memanfaatkan peluang dari perang tarif untuk memperkuat kerja sama ekonomi regional seperti Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), yang mencakup Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, dan negara-negara ASEAN. Ini bisa menjadi batu loncatan bagi Indonesia untuk mengakses pasar yang lebih luas dengan tarif yang lebih rendah. Secara sosial, pemerintah perlu memastikan adanya jaring pengaman sosial (social safety net) bagi sektor yang terdampak, termasuk pelatihan ulang tenaga kerja (reskilling) dan dukungan bagi UMKM agar lebih tahan terhadap gejolak ekonomi global. Dengan pendekatan yang holistik dan kolaboratif, Indonesia tidak hanya bisa menghindari dampak negatif perang tarif, tetapi juga menjadikannya sebagai momentum untuk transformasi ekonomi yang lebih berkelanjutan dan inklusif.
Sikap Ideal Indonesia terhadap Perang Tarif dan Perubahan Tatanan Global
Menghadapi dinamika perang tarif, sikap terbaik bagi bangsa Indonesia adalah bersikap kritis namun pragmatis. Indonesia harus mengedepankan prinsip non-blok secara modern, yaitu tidak berpihak secara absolut pada kekuatan besar manapun, namun tetap aktif memperjuangkan kepentingan nasional dalam forum internasional. Pemerintah Indonesia perlu menunjukkan diplomasi yang cerdas dan fleksibel---tidak terpaku pada ideologi, tetapi pada hasil konkret bagi rakyat. Dalam hal ini, Indonesia bisa menjadi "honest broker" yang memfasilitasi dialog antara AS dan Tiongkok, serta memperjuangkan reformasi sistem perdagangan global agar lebih adil dan inklusif bagi negara berkembang.
Indonesia juga harus menegaskan pentingnya penghormatan terhadap hukum internasional dan perjanjian dagang multilateral yang transparan dan setara. Dalam jangka panjang, bangsa ini harus membangun kemandirian ekonomi (economic self-reliance) tanpa terjebak dalam isolasionisme. Dengan mendorong inovasi, penguatan industri berbasis teknologi, dan investasi di sumber daya manusia, Indonesia bisa mengubah tantangan global menjadi peluang emas untuk kemajuan. Perang tarif menjadi cermin bahwa dunia sedang mencari tatanan ekonomi baru; Indonesia harus hadir sebagai bagian dari solusi, bukan sekadar penonton yang pasif. Melalui kombinasi antara strategi diplomatik, kebijakan ekonomi visioner, dan penguatan kapasitas dalam negeri, Indonesia dapat bertahan bahkan berkembang dalam era ketidakpastian global ini.
Beberapa tarif yang diberlakukan oleh kebijakan Trump pada beberapa negara di Asia sebagai berikut:
1. China: 125%
2. Kamboja: 49%
3. Laos: 48%
4. Vietnam: 46%
5. Thailand: 36%
6. Indonesia: 32%