Mohon tunggu...
Yulianto Satmoko
Yulianto Satmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Sederhana dalam berfikir

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Wanita yang Memasungku pada Rasa Kehilangan

23 September 2020   19:58 Diperbarui: 23 September 2020   20:05 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Berapa lama aku mengenalnya,  cukup lama untuk tahu bahwa  dia adalah gadis yang biasa-biasa saja dulunya.  Dia bukan siapa- siapa, tapi kelincahan dan kejenakaan itu masih saja membekas di relung hatiku,  hanya itu saja, tidak ada hal istimewa pada dirinya dan kupikir aku tidak akan menoleh pada gadis seperti dia,   yang semiskin diriku. 

Orang tua kami punya hubungan bisnis dan bukan bisnis besar.  Orang tuanya punya restauran dan orang tuaku adalah pemasok segala keperluan untuk restaurannya. 

Aku kuliah di salah satu jurusan  di Fakultas  Bahasa dan  Sastra dan dia kuliah di Fakultas Biologi, hal yang mengejutkan,  kupikir dulunya dia tidak sepandai itu.

Kami bersekolah bersama,  mulai dari Taman Kanak-Kanak hingga Sekolah Menengah Atas,   satu sekolah,  satu kelas serta satu jurusan pula.

Sahabat  ya seorang sahabat.  Sampai akhirnya aku bertemu lagi di sebuah komunitas sekolah, manakala usia senja,  lewat dunia maya,  aku terhenyak,  dia bukan wanita biasa.  

Ketakutan menyelimutiku,  begitu juga dirinya. Aku lebih banyak diam dan dia lebih banyak aktif di komunitas itu.  Hanya sekali dia bicara padaku lewat  telepon.  

Aku bersikap sangat dingin,  dia mengatakan aku berbeda.  Ya aku berbeda karena aku ingin menjaga kami berdua dari sesuatu yang bisa saja melenceng.  

Aku mengaguminya dan aku tahu dia mengagumiku.  Tetapi batas itu membuat kami harus melepas jembatan penghubung di antara kami.  Dia tidak pernah menghadiri reuni sekolah,  sementara aku sangat aktif sekaligus lebih  banyak berkecimpung dengan bekas teman-teman sekolah di kota asal kami,  dia berbeda kota.  Dia menghindariku kupikir,  sama seperti aku menghindarinya. 

Hari itu aku menangis tergugu.  Dua hari  yang lalu,  dia tidak pernah muncul sama sekali di komunitas maya kami,  biasanya ada saja yang dia katakan dan tulis. 

Lalu berita itu datang,  seperti sebuah penegasan.  Dia pergi begitu mendadak.  Tidak ada angin dan hujan,  aku belum sempat bertemu muka secara langsung dengannya. Sebuah angan dan keraguan sebenarnya.  Asam lambungnya membuatnya sesak nafas hingga tak tertolong.  Begitu cepat. 

Aku seperti terlempar ke rawa yang ada pusaran di bawahnya.  Menarikku hingga tenggelam.  Aku berusaha bangkit,  namun ingatan tentang masa kecil  dan masa sekolah kami,  seperti  film yang diputar terus tanpa henti.  Dia wanita yang memasungku pada rasa kehilangan.  Sesuatu yang baru kusadari sekarang. Kehilangan dan kekosongan yang merenggut sesuatu dalam diriku. Sesuatu hancur di dalam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun