Mohon tunggu...
Yulianita Abu Bakar
Yulianita Abu Bakar Mohon Tunggu... Guru - Guru

There are things more important than happiness (Imam Syamil's son)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Terimalah Realita Agar Hati Tenang

30 Maret 2024   04:19 Diperbarui: 30 Maret 2024   13:29 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Senja menyelimuti Derwent yang mengalir tenang. Pohon-pohon tua menari, tarian perdamaian. Aku sendiri, duduk menunggu Ibrahim, sambil menikmati secangkir coffee latte. Sudah 1 jam aku di sini. Aku bosan. Aku meminta pelayan untuk membawakan aku sebuah majalah. Majalah itu aku bolak balik. Mencari topik yang menarik untuk ku baca.

Ibrahim datang tepat di menit aku hendak beranjak dari restoran tempat kami janji bertemu. Dia memohon-mohon agar aku tidak pergi. Tapi aku juga minta maaf karena aku harus kembali bekerja.
"Senang bisa bertemu dengan mu Ibrahim. Maaf aku harus kembali ke tempat kerja" Aku segera bergegas setelah membayar kopi. Ku tinggalkan saja dia yang sudah memelas agar aku mau tinggal sebentar lagi.
Aku bukan tidak ingin membantu, hanya saja aku harus bekerja. Mungkin dia berpikir aku marah.

"I'm really sorry for coming late"
"Aku harap ini terakhir kalinya kamu terlambat. Aku tidak marah"
"Apakah kamu mau meluangkan waktu dan kita bisa membuat janji bertemu kembali?"
"Aku akan mengabari mu bila aku bersedia, bye"

Aku kembali ke kantor dan melanjutkan memeriksa dokumen yang tadi pagi diserahkan pak bos untuk aku selesaikan.
"Aku ingin laporannya dalam 2 hari" ucap nya dengan wajah yang tidak ramah.
Aku tertekan. Setiap hari aku menyelesaikan pekerjaan karena di tekan. Semua orang sibuk di meja nya. Tidak mungkin meminta tolong teman untuk menyelesaikan pekerjaanku. Kalau sudah terdesak seperti ini. Pertanyaan yang aku ajukan pada diri sendiri hanya satu; Apa aku paling bodoh di kantor ini?

Jam 7.00 malam aku kembali ke rumah dengan membawa beberapa dokumen untuk aku kerjakan di rumah. Setelah menyiapkan sandwich dan jus jeruk. Aku duduk di depan TV. Makan malam sambil menonton TV. Rasa lelah se-harian bekerja, tidak hilang setelah perut kenyang. Stres akan tugas juga tidak mau pergi setelah menonton TV.

Aku berbaring sesaat sebelum membuka dokumen-dokumen. Ku alihkan pikiran dari dokumen ke kenangan-kenangan. Kenangan itu melompat-lompat dari satu kenangan ke kenangan yang lain. Tiba pada kenangan akan guru ku Bu Aminah yang sering mengajak ku ke rumahnya. Beliau juga membantu ku dalam pelajaran Matematika. Aku ingat beliau pernah menasehati bila suatu hari aku memperoleh pekerjaan. "Pastikan pekerjaan itu adalah salah satu yang membuat senang. Jangan pekerjaan itu menjadi beban".

Jam 08.15 PM, aku mulai membuka satu per satu dokumen. Aku ingin menyelesaikan tugas  seperti permintaan pak bos. Dan tentunya siap untuk melanjutkan tugas lainnya. Pesan singkat datang dari Farhan saat aku sedang fokus pada kerjaan ku.
"I would like to see you soon,do you have time tomorrow?"
Aku tidak tahu harus menjawab iya atau tidak. Ini ke 5 kali nya dia mengajak ku bertemu. Aku penasaran dengan alasan mengapa dia ingin bertemu. Aku tidak berani bertanya. Aku ingin memenuhi undangan bertemu. Di saat yang sama, aku tidak ingin bertemu. Aku penuh ragu.

12.05 AM, aku tersenyum lega dan menutup serta membereskan dokumen. Aku siap ke kantor dengan semangat. Sebelum berangkat tidur, aku berdoa. Melanjutkan dengan mengucapkan afirmasi positif " Aku pekerja keras, aku percaya diri, aku pintar, aku cantik, aku bahagia, aku disiplin, aku berkelimpahan, aku cinta kamu Sarah"

Tepat jam 07.00 AM, aku sudah sampai di kantor, aku datang lebih awal karena aku ingin menikmati kopi dan biskuit di kantor tanpa terburu-buru. Dan juga aku perlu memeriksa beberapa dokumen yang harus aku serahkan pagi ini.
Datang ke kantor se pagi ini, membuat perasaan ku senang. Aku bangun dari meja kerjaku, berjalan ke jendela dan berdiri di sana, segelas long black coffee di tangan kiri dan biskuit di tangan kanan. Dari jendela aku bisa melihat bunga-bunga musim semi mulai mekar dan orang-orang yang berlalu lalang.

5 menit berdiri di jendela. Aku larut dalam pikiran-pikiran ku. Pertanyaan itu datang lagi. Mengapa Farhan mengajak ku bertemu?
(Suara pintu terbuka) Aku melirik ke pintu dan di sana berdiri bos ku. Matanya tidak berkedip, aku segera meletakkan kopi ku di meja yang ada di sisi jendela. Dan membungkuk untuk menunjukkan rasa hormat, juga sebagai tanda selamat datang.

" Good morning Sarah!" Ucapnya dengan nada lambat, tampak dia berusaha menutupi perasaan terkejut nya. Aku yang tidak pernah datang ke kantor sangat pagi, juga sangat terkejut. "Klo aku tahu bos datang sangat pagi, aku tidak akan datang se pagi ini" Aku membatin.
"Sarah, can you bring me a cup of coffee?"
"Sure sir" Aku mengambil cangkir ku dan mengembalikannya ke meja kerja, dan pergi untuk mengambil kopi untuk pak bos. Aku membatin "Mengapa dia menyuruh ku padahal ada OB kantor"

Aku selalu gugup hanya dengan melihat bos melintas. Dan sekarang ia meminta ku untuk mengambil kopi dan mengantar ke mejanya. Berulang kali aku mencoba menenangkan diri, "Bernapas, bernapas, tarik napas, you will be okay" Setelah memeriksa kemeja, jas dan penampilan ku kembali. Aku menuju kantor nya, mengetuk pintu, dan masuk.

Setelah aku meletakkan kopi, dia menanyakan apakah aku sudah memeriksa dokumen-dokumen? Lalu memastikan jam berapa dia bisa melihat hasil kerjaku. Setelah mendapat jawaban dari ku dia mengizinkan aku kembali ke meja. Di sini aku membatin, "ternyata dia tidak seram, mengapa 4 bulan ini aku takut padanya? Aku bahkan pernah tidak bisa tidur setelah dimarahi karena kerjaku lambat".

Orang- orang yang insecure, memang selalu punya prasangka, ragu-ragu, salah ini salah itu, tidak maksimal dalam apa pun. Dan sering kena sembur karena tidak becus.
Seperti aku sekarang ini yang sedang duduk menangisi diriku yang sial. Steak yang terhidang di meja untuk lunch yang seharusnya ku nikmati. Tidak enak lagi. Semua perasaan senang tadi pagi telah sirna setelah aku di marahi bos.

Ku ambil handphone yang berdering. "Mr. Farhan"
Ku letakkan kembali handphone ke dalam tas. Aku tidak ingin bertemu Farhan.
(Handphone berdering kembali) Ku periksa siapa lagi yang menelepon. " Ibrahim".

Tidak lama setelah percakapan kami di telepon, Ibrahim sudah ada di hadapanku. Dia menanyakan apakah aku ingin menambah makanan atau minuman atau camilan, setelah dia memesan steak yang sama dengan yang aku makan. Aku menolak dengan halus dan mengucapkan terima kasih.

"Aku minta maaf atas kejadian kemarin"
"Aku maafkan"
jawabku singkat. Dia tersenyum.
"Bisa kah kita langsung saja? Apa yang bisa saya bantu"
"Bos ku Mr. Farhan yang meminta ku untuk menemui nona Sarah"

Aku terdiam, mataku tidak berkedip, aku terkejut dan aku tidak bisa menyembunyikannya. Ternyata Ibrahim adalah bawahan dari Farhan. Aku pasti tidak bersedia bertemu bila aku tahu dia bekerja untuk Farhan.

"Ok, so?"
" Mr. Farhan membutuhkan pengacara yang handal untuk menyelesaikan kasus paman nya, Mr. Omair Chaudry. Beliau ingat bahwa anda adalah teman lamanya yang bekerja di kantor Mr. Bao-yu. Dia ingin memastikan apakah Firma anda mau menangani kasus ini"
Aku diam sesaat, dan setelah waiter pergi aku menjawab dengan tenang.
"Aku baru memeriksa dokumen Mr. Omair pagi ini. Akan aku beri jawaban besok"
"Baik, terima kasih nona Sarah"
Ibrahim tersenyum penuh harapan.
Aku melirik jam tanganku, dan segera meminta pergi duluan. Aku tidak bisa berpikir lain hal selain ingin buru-buru pergi dari sini.

Di dalam taxi aku menangis, tidak perduli pak sopir memperhatikan ku. Aku hanya ingin menangis. Aku pikir Farhan ingin kembali padaku. Membungkuk untuk memohon dimaafkan dan menerima dia kembali. Lalu kami bertunangan kembali dan menikah. Mengapa aku senaif ini? Mengapa tolol tidak mau pergi dariku? Dan pintar ku tidak bertambah sedikit? Sehingga aku tidak terlihat konyol, setidaknya di hadapan diriku sendiri.
Aku meringkuk, Menangis sesenggukan. Memeluk diriku sendiri.

Aku kembali ke kantor dengan suasana hati yang buruk. Sebelum aku menuju ruangan. Aku berbelok ke dapur kantor, mengambil segelas kopi. Duduk di meja paling pojok. Aku butuh waktu sendiri.
"Aku perlu tenang, ada pekerjaan yang harus aku selesaikan. Aku akan menikmati kopi ini. Dan setelahnya aku siap melanjutkan menyelesaikan pekerjaanku." (Aku berbicara pada diriku sendiri)

Ku ambil buku jurnal harian.
"Hi Sarah! maaf hari ini tidak berjalan sesuai dengan harapan mu. Tugas mu tidak sesuai harapan bos, prasangka-prasangka mu terhadap pesan-pesan Farhan beberapa hari ini juga sudah ter jawab. Terimalah realita agar kamu tidak kecewa. Terima lah kenyataan dengan begitu kamu akan tenang. "

Buku itu ku masukkan kembali ke dalam tas. Ku ambil napas, bernapas, bernapas, bernapas...
Aku bangkit dan mengembalikan cangkir kopi ke tempatnya. Aku berbelok ke ruang ganti wanita untuk memeriksa penampilan ku dan melangkah ke ruang kerja dengan semangat baru.

Selesai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun