Mohon tunggu...
Yuliana Fadhilah Jayaningsih
Yuliana Fadhilah Jayaningsih Mohon Tunggu... Student Occupational Safety and Health Politeknik Ketenagakerjaan

✍️ Yuliana Fadhilah Jayaningsih Terbuka untuk kolaborasi dan ide-ide baru, terutama yang menggabungkan teknologi dan dampak sosial demi masa depan berkelanjutan. Mari terhubung dan berbagi inspirasi.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Melestarikan Warisan Tenun Toraja Melalui Program Kemnaker TKML di Desa Sa'dan Andulan

17 Mei 2025   22:50 Diperbarui: 17 Mei 2025   22:44 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah sejuknya pegunungan dan hamparan hijau Tanah Toraja, warisan leluhur tidak hanya hadir dalam arsitektur rumah adat Tongkonan atau ritual Rambu Solo’ yang sakral dan megah, tetapi juga hidup dalam helai-helai benang yang ditenun dengan sabar oleh tangan-tangan perempuan di Desa Sa’dan Andulan. Desa Sa’dan Andulan di Toraja Utara merupakan salah satu desa yang masih melestarikan tradisi menenun. Kain tenun yang dihasilkan di desa ini bukan sekadar produk kerajinan, melainkan cerminan budaya dan nilai-nilai kehidupan yang diwariskan secara turun-temurun selama ratusan tahun. Proses pembuatannya pun masih sepenuhnya dilakukan secara tradisional, tanpa bantuan mesin modern, menjadi bukti nyata keterampilan dan ketekunan para penenun Toraja.

Pada tahun 2024, tim kami berkesempatan mengunjungi Desa Sa’dan Andulan dalam rangka verifikasi lapangan penerima Program Tenaga Kerja Mandiri Lanjutan (TKML) dari Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker). Program ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk memperkuat pelaku usaha mikro dan kecil yang telah berjalan, melalui dukungan modal usaha, pelatihan keterampilan, serta pendampingan manajerial. Di Sulawesi Selatan sendiri, sedikitnya terdapat 50 pelaku usaha yang diverifikasi lapangan termasuk para pengrajin tenun tradisional di Toraja Utara.

Salah satunya adalah Ibu Italia Mapau, seorang pengrajin yang telah menekuni dunia tenun sejak usia remaja. Ia menjelaskan bahwa di desanya, menenun bukanlah pekerjaan biasa.

“Menenun bukan sekadar pekerjaan bagi kami, tapi sudah menjadi bagian dari kehidupan. Hampir semua rumah di desa ini punya alat tenun sendiri. Anak-anak perempuan sudah diajarkan menenun sejak kecil oleh ibu atau nenek mereka. Satu lembar kain bisa selesai paling cepat dalam dua minggu, tergantung motifnya. Kebanyakan pembeli datang dari luar Toraja” tutur Ibu Italia sambil memperlihatkan kain bermotif Paruki, salah satu motif khas yang digunakan dalam upacara adat Toraja.

Seiring berkembangnya teknologi dan meluasnya akses digital, produk tenun Toraja kini mulai mendapat perhatian lebih besar. Tantangan terbesar tidak lagi terletak pada proses produksi, melainkan pada bagaimana mempertahankan kualitas, memperkuat identitas lokal, dan menjawab permintaan pasar yang semakin kompetitif. Di tengah membanjirnya produk tekstil buatan mesin, kain tenun Toraja hadir membawa keunikan: ia lahir dari tangan-tangan manusia dan menyimpan nilai dalam setiap simpul benangnya.

Ketika ditanya mengenai keunggulan kain tenun Toraja dibandingkan dengan tenun dari daerah lain, Ibu Italia menjelaskan dengan penuh kebanggaan:

“Setiap kain Toraja dibuat sepenuhnya dengan tangan, tanpa mesin sama sekali. Prosesnya pakai alat tenun tradisional dan butuh ketelitian tinggi. Kami juga pakai benang yang lebih kuat supaya kainnya tahan lama, motifnya menggunakan adat Toraja sehingga membedakan dengan daerah lainnya. Tidak semua orang bisa buat, apalagi kalau motifnya rumit. Banyak pembeli dari luar daerah yang datang langsung ke sini karena kualitasnya.”

sumber: dokumentasi pribadi
sumber: dokumentasi pribadi

Kehadiran Program TKML dari Kemnaker memberikan dorongan nyata bagi para pengrajin seperti Ibu Italia. Selain bantuan permodalan, program ini juga menyediakan pelatihan kewirausahaan dan pendampingan usaha melalui Balai Besar Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja (BBPKK). Harapannya, para pelaku usaha lokal tidak hanya mampu melestarikan warisan budaya, tetapi juga bisa berkembang menjadi bagian dari ekonomi nasional yang berdaya saing tinggi.

Sementara itu, Desa Sa’dan Andulan sendiri terus memancarkan keseimbangan antara budaya dan alam. Dikelilingi oleh pegunungan Desa ini dikenal bukan hanya sebagai pusat kerajinan tenun, tetapi juga sebagai komunitas agraris yang tetap mengandalkan pertanian dan hasil bumi sebagai sumber penghidupan. Keseimbangan antara pelestarian budaya dan keberlanjutan alam menjadikan Sa’dan Andulan sebagai potret kehidupan yang selaras dan berakar kuat pada kearifan lokal. 

Sa’dan Andulan mengajarkan bahwa pembangunan ekonomi tidak harus selalu bertumpu pada industrialisasi besar. Di desa-desa seperti inilah kekuatan sejati Indonesia tersimpan pada kearifan lokal, ketekunan tangan-tangan pengrajin, dan keberanian untuk terus melangkah di tengah perubahan zaman. Tenun Toraja bukan hanya kain, melainkan simbol keteguhan identitas, daya cipta, dan harapan masa depan yang ditenun dari nilai-nilai budaya.

Dengan pendampingan yang berkelanjutan, program-program seperti Tenaga Kerja Mandiri Lanjutan (TKML) dapat menjadi jalan bagi desa-desa tradisional untuk tidak hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga menjadi pelaku utama dalam ekonomi kreatif.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun