Mohon tunggu...
Yuhana Kusumaningrum
Yuhana Kusumaningrum Mohon Tunggu... Penulis - Manusia

Tamu di Bumi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel | Gaia-4

21 Mei 2018   20:15 Diperbarui: 26 Juni 2018   07:33 737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Dan apa penyebab kegagalan permainan itu menurutmu ?"

"Banyak faktor kurasa. Ada yang berbisik terlalu pelan dan nggak jelas. Ada yang  bicara terlalu cepat dan terburu-buru. Ada  yang logat bicaranya nggak umum sehingga nggak mudah untuk langsung menangkap apa yang dia katakan. Ada juga yang memang nggak serius dan sembarangan saja menyampaikan kalimat itu, yang penting tugasnya dalam permainan itu selesai. Atau bisa juga faktor dari luar, misalnya tiba-tiba terdengar suara mesin yang kencang, atau suara tawa peserta lain yang mengganggu konsentrasi sehingga pesannya nggak terdengar dengan baik."

"Nah. Kalau begitu sekarang coba bayangkan, sebuah permainan pesan berantai, tetapi pesan yang disampaikan ada dalam dua bentuk. Yaitu pesan suara dan pesan tertulis. Dan bukan hanya satu kalimat saja, melainkan jutaan, bahkan puluhan juta kalimat. Lalu peserta permainannya berjumlah milyaran manusia. Dan milyaran manusia ini tidak hidup di jaman yang sama. Sehingga butuh waktu ratusan atau ribuan tahun untuk pesan itu sampai kepada manusia-manusia lain selanjutnya.  Kemudian pertimbangkan juga hal-hal yang kau katakan tadi.  Soal perbedaan cara penyampaian, perbedaan arti dari suatu kata akibat perbedaan bahasa yang bisa mempengaruhi perbedaan maksud dari pesan tersebut,  kemampuan untuk mencerna maksud dari suatu kalimat, suasana hati dan emosional si penyampai pesan pada saat dia sedang menjalankan peran dalam permainan itu, dan jangan lupa, tingkat ego dari masing-masing penyampai pesan. Lalu tambahkan juga faktor alam yang bisa merubah ketepatan isi dan makna pesan tersebut.  Misalnya ada sebagian pesan yang rusak karena cuaca atau bencana, lalu setelah diperbaiki, isi pesan tersebut menjadi sedikit berubah tanpa disengaja. Dan ini telah terjadi berkali-kali, selama periode hidup manusia di Bumi. Kemudian karena terlalu banyaknya jumlah manusia dan kelompok-kelompok yang terbentuk di antaranya, akhirnya pesan tersebut pecah menjadi beberapa versi yang berbeda, yang mana masing-masing pendukungnya merasa versi miliknya adalah yang paling benar. Padahal semuanya berasal dari satu sumber kejadian yang sama dengan tokoh-tokoh yang sama. Meskipun untuk satu tokoh bisa mempunyai banyak nama ; tergantung bahasa dan cara penyebutan di tempat cerita itu disebarkan. Belum lagi adanya perbedaan sudut pandang dalam menentukan poin-poin mana saja yang ingin ditonjolkan oleh masing-masing penyampai pesan, sehingga ada yang dengan sengaja menutupi bagian-bagian tertentu yang ingin disembunyikan, dan melebih-lebihkan hal kecil supaya menjadi hal besar sehingga dianggap sebagai hal utama yang paling penting. Semua tergantung kepentingan masing-masing. Dan masing-masing kelompok memberikan ketetapan baku mengenainya, mengatakan bahwa pesan tersebut sudah final dan tidak untuk diperdebatkan lagi. Mungkin karena tidak ingin di masa yang akan datang nanti akan ada keturunan mereka yang mempertanyakan isi pesan tersebut. Mungkin juga karena takut kehilangan kehormatan jika tidak bisa menjelaskan lebih dalam lagi akibat kurangnya informasi dan penelitian lanjut. Atau takut karena kebenaran yang mereka tutupi selama ribuan tahun akan terbuka. Bertameng pada pemikiran pokok yang ditanamkan sejak lahir bahwa sesuatu yang sudah pernah dibahas tuntas di masa lalu adalah final dan tidak dapat diganggu gugat lagi.  Seolah manusia di jaman yang lebih baru tidak mungkin lebih pintar atau lebih bijaksana daripada manusia terdahulu."

"Benar juga ya," Ann mengangguk-angguk, "Pada akhirnya apa yang sampai pada penerima pesan terakhir malah jadi melenceng jauh sekali dari inti pesan yang sebenarnya. Hmmm. Tak terpikirkan olehku sebelumnya."

Ann merenung sesaat. Angin berhembus kencang menerbangkan rambut ikalnya. Ia menghirup harumnya wangi pepohonan dalam-dalam, kesempatan langka untuk mengisi paru-parunya yang lelah terjejali udara berpolusi di Bumi selama ini.  Sejenak lupa bahwa sejak  tadi ia sedang bertengger di atas punggung Centaurus, makhluk berintelegensi tinggi yang telah bermurah hati mengijinkannya naik ke punggungnya.  

"Bagaimana mungkin manusia Bumi saat ini nggak mengetahui tentang hal ini ya ?" Ann bertanya-tanya.


"Hal apa ?"

"Yah semuanya. Gaia, kamu, Xia, para Alpha Centaurian, dan lain-lain ..."

"Sebenarnya ada beberapa pihak yang mengetahuinya. Tetapi dengan sengaja menutupi dan membelokkan cerita demi kepentingan tertentu. Kau perlu memahami Ann, bahwa yang kau ketahui sebagai pembenaran, bisa jadi ternyata justru sebuah kesalahan. Yang datang belakangan, belum tentu yang paling benar.  Yang diketemukan paling akhir, belum tentu merupakan  yang paling modern. Yang kau kira kemajuan, siapa tahu  sebenarnya adalah suatu kemunduran. Itu semua dikarenakan otak manusia mudah terpengaruh oleh 'kegembiraan mengetahui hal baru'. Di semua periode kehidupan, setiap ada penemuan terbaru, akan dianggap sebagai yang tercanggih dan sudah paling tepat. Padahal mungkin saja penemuan tersebut ternyata memiliki efek samping yang tidak baik bagi manusia. Namun karena dibalut dengan tampilan yang mewah, atau terlihat sangat hebat karena sebelumnya belum pernah ada yang membuat hal seperti itu, ditambah pola pikir 'yang paling baru berarti yang paling benar', maka semua penemuan itu akan mudah sekali untuk diterima. Akan terus begitu selama tidak semua manusia mampu untuk memaksimalkan fungsi otak mereka untuk berpikir sendiri apakah sesuatu hal itu baik atau tidak untuk mereka."

"Tapi hal seperti itu nggak terjadi di semua bidang kan ?"

"Kalau bisa kukatakan, ya. Hampir di semua hal," jawab Armenia sembari mendongak, "Nah, Ann. Kau lihat pelangi di atas sana ?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun