Mohon tunggu...
Yudi Rahardjo
Yudi Rahardjo Mohon Tunggu... Sales - Engineer, Marketer and Story Teller

Movie Enthusiast KOMIK 2020 | Menulis seputar Worklife, Movie and Hobby

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dunia Hancur Karena Gagal? Buat Lagi Saja Dunia Baru yang Lebih Kuat

25 April 2021   19:51 Diperbarui: 25 April 2021   20:05 900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | Source : freepik.com

Tidak ada perguruan tinggi negeri yang mau menerima saya.

Saat kawan kawan saya bereuforia karena berhasil diterima di PTN (Perguruan Tinggi Negeri ) impiannya, saya masih sibuk berpindah dari satu kota ke kota yang lain untuk mencari kampus yang mau menerima saya.

Di masa itu, saya masih memandang jika kuliah di PTS (Perguruan Tinggi Swasta) adalah hal yang tidak baik,karena kualitas kampus swasta tentu ada dibawah kampus negeri.

Sementara tidak ada kampus negeri yang mau menerima saya, untuk seorang remaja 18 tahun yang punya mimpi kuliah di PTN, mendapati hal ini, membuat dunia serasa hancur. Akhirnya saya mau saja untuk kuliah di sebuah kampus swasta di Jogja.

Ada semacam keajaiban yang terjadi disini, saya tidak sepenuhnya gagal, karena pada akhirnya saya bisa berkuliah di kampus negeri tanpa harus pindah kuliah.

Jadi di tahun 2012, saya mulai berkuliah di UPN "Veteran" Yogyakarta, saat itu status kampus yang ada di Condong Catur itu masih swasta, namun pada tahun 2015 kampus ini berubah menjadi PTN, dan saya lulus di tahun 2018, jadi selama 3 tahun saya merasakan kuliah di kampus negeri dan lulus dari kampus negeri.

Gagal Untuk Wisuda Tepat Waktu.

Lanjut ke fase kegagalan selanjutnya, kegagalan ini ada pada masa studi saya yang mencapai 6 tahun, alasan utamanya adalah karena perbedaan pendapat dengan dosen pembimbing saya, serta kesibukan beliau yang membuat kami jarang bertemu.

Sayu persatu kawan saya berhasil sidang skripsi dan kemudian wisuda, dan saya masih berkutat dengan skripsi saya yang tak kunjung selesai, akhirnya kembali saya merasakan seperti apa dunia yang kembali hancur.

Hancurnya dunia saat ini berbeda dengan saat saya lulus SMA, kali ini saya mencari "pelarian" dengan gabung beragama komunitas, seperti komunitas lari, komunitas diskusi ilmiah dan mulailah saya aktif menulis di kompasiana.

Akhirnya setelah perjuangan panjang, ibu dosen ini luluh juga dan saya berhasil lulus. Eh tapi cerita kegagalannya belum berhenti sampai disitu.

Ilustrasi Wisuda | Source : freepik.com
Ilustrasi Wisuda | Source : freepik.com

Setelah menemui banyak masalah di skripsi, saya pikir inilah waktunya keberhasilan saya, kembali saya menargetkan yang idealis, saya hanya mau bekerja sesuai dengan disiplin ilmu yang saya pelajari, teknik kimia.

Gagal Bekerja Sesuai Jurusan.

Dan hasilnya, berkali-kali saya gagal dalam proses rekrutmen untuk posisi yang sesuai dengan urusan saya, di fase ini dunia saya kembali hancur (hancur terus hehe), mulailah saya memilih melamar pada pekerjaan yang tidak sesuai dengan disiplin ilmu saya.

Ilustrasi | Source : freepik.com
Ilustrasi | Source : freepik.com

Baca : "Daripada Salah Profesi, Menganggur Lama Tak Masalah"

Setelah menganggur selama 9 bulan, akhirnya saya diterima di sebuah perusahaan BUMN di Semarang sebagai Surveyor, saya diterima karena semasa menyelesaikan skripsi, saya pernah ikut kegiatan survey.

Jangan dulu berpikir saya sudah sukses, status saya sebagai karyawan BUMN hanya sebagai karyawan kontrak selama 6 bulan, dan tidak ada kemungkinan akan diperpanjang, karena ini hanya satu projek dari salah satu Kementerian.  

Saya sudah merencanakan setelah nanti habis kontrak saya akan tetap di Semarang untuk mencari pekerjaan disana, karena akses dan informasi mengenai pekerjaan lebih bagus daripada di rumah saya di Brebes.

Tapi masalah lain muncul, setelah kontrak saya selesai di awal tahun 2020, pandemi melanda, banyak perusahaan lebih memilih mengurangi jumlah karyawannya daripada melakukan proses rekrutmen.

Masalah yang saya hadapi sekarang bukan lagi gagal di proses interview tapi sama sekali tidak ada panggilan untuk interview. Dan pada akhirnya saya memutuskan meninggalkan Semarang dan kembali ke Brebes.

Bulan September 2020, saya diterima di pabrik sepatu baru yang ada di Brebes, tapi baru sebulan bekerja, saya malah membawa virus covid-19 pada orang tua saya, dan pada akhirnya membuat saya memilih resign untuk merawat orang tua saya.

Lebih lengkapnya bisa anda baca di "Bagaimana Covid-19, Membuat Saya Kehilangan Pekerjaan".

Ilustrasi | Source : freepik.com
Ilustrasi | Source : freepik.com

Saya lantas kembali menganggur, dunia saya kembali hancur, tapi karena dunia saya sudah berkali kali hancur. Saya jadi lebih bijak menghadapi kegagalan, sembari mencari pekerjaan, saya melakukan hal yang saya senangi yaitu menulis.

Tak disangka menulis ini yang jadi jalan untuk saya mendapatkan pekerjaan saya sekarang. Awalnya saya ingin menulis ulasan mengenai usaha atau bisnis yang dilakukan oleh orang yang saya kenal, karena ada sub kategori baru di kompasiana "Entrepreneur"  yang merupakan bagian dari kategori "Lyfe".

Salah satu ulasan saya mengenai perusahaan start up milik seorang dosen saya semasa kuliah ini ang membuat saya ditawari untuk bekerja di perusahaan tersebut. Jadilah di awal bulan april ini saya hijrah ke Surabaya dan mulai bekerja disana.

Penutup.

Ilustrasi dunia yang baru | Source : freepik.com
Ilustrasi dunia yang baru | Source : freepik.com

Kepada anda yang mengalami kegagalan.

Semua manusia pasti pernah gagal, seperti dunia saya yang pernah hancur berkali-kali, banyak dunia telah hancur saat mereka mengalami kegagalan, teruslah bangkit dan bangkit lagi, kehancuran yang lalu akan buatmu makin kuat dan bisa membangun dunia dan impian yang lebih kuat. 

Buka pikiran anda, jangan terlalu kaku, banyak jalan menuju roma, jika tak diterima di PTN masih ada PTS, jika tidak bisa bekerja sesuai jurusan maka tak apa bekerja tak sesuai jurusan selama itu halal dan kalian menyukainya.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun