"Duh, jangan es krim, yang lain aja!"
"Heu......."
"Iya deh, iya!"
Aku tak tahu, apakah Ridwan boleh makan es krim atau tidak? Yang pasti, aku tak bisa menolaknya.
Setelah es krimnya di dapat, Ridwan malah membuangnya. Kali ini, ia kembali memanggil ibunya.
"Mamah!!!"
Aku terus berusaha menenangkan Ridwan agar ia tidak menangis. Mengajak ia bermain bola air, menaiki motor beroda empat, dan permainan lainnya. Semuanya telah aku coba. Tetapi, berulang kali permainan itu selesai, berulang kali juga ia menangis dan memanggil nama ibunya.
Setelah berjam-jam aku berada di tempat bermain anak tersebut, tak terasa  waktu telah menapaki sore hari. Aku pun membawa Ridwan untuk kembali pulang ke rumah. Akan tetapi, datanglah kabar yang membuat aku terkejut. Adikku memberitahukan aku melalui telpon bahwa ia akan pulang lusa. Entah seperti apa jadinya, belum menginjakkan satu malam saja Ridwan sering menangis memanggil ibunya. Apalagi kalau adikku pulangnya lusa?
"Huh..." Aku membuang napas.
Aku harus benar-benar tahu apa saja makanan yang harus Ridwan makan, termasuk bagaimana cara memandikannya. Setidaknya aku lakukan sampai adik perempuanku kembali pulang.
Satu malam terlewati. Sedikit demi sedikit Ridwan pun mulai nyaman bersamaku. Meskipun ia masih suka memanggil nama ibunya, tetapi tidak terlalu sering lagi.