Setelah semuanya terasa sudah siap, aku membawa Ridwan menuju mobilku. Meski aku tahu bahwa Ridwan sudah bisa berjalan, tetapi aku masih belum bisa menentukan berapa usianya. Ya, aku memang suka lupa terhadap beberapa kejadian yang tidak aku hapalkan secara fokus, yang pada akhirnya aku lupa tanggal berapa Ridwan terlahir.
Aku injak pedal gas yang bersamaan dengan angkatan pedal koplingku yang sebelumnya telah aku masukkan ke gigi satu. Sementara itu, Ridwan terduduk di atas tubuh bagian depanku. Tepatnya di antara paha depan dan perutku.
Mobilku pun melaju dengan kecepatan standar, sekitar tiga puluh kilometer perjam.
Baru memasuki lima belas menit awal perjalanan, sepertinya Ridwan mulai terhipnotis aroma perjalanan. Tak berselang lama, ia pun tertidur. Oh, tidak. Ridwan cukup aman dalam posisi tidurnya. Karena aku memakai kain yang aku tidak tahu apa namanya, yang pasti kain itu mengikatnya dengan nyaman agar ia tidak terjatuh.
Satu jam berlalu. Akhirnya aku sampai ke tempat tujuan. Ya. Aku pergi ke tempat bermain yang sepertinya tempat ini dikhususkan untuk anak-anak bahkan keluarga.
Aku pun mengarahkan mobilku ke tempat parkir.
"Ridwan, kita sudah sampai!" Aku sengaja membangunkan tidurnya.
Ridwan membuka mata. Ia melihat situasi yang ada di sekelilingnya dari dalam mobil.
"Ayo!" Seruku. Kemudian aku membawanya keluar dari dalam mobil.
Belum sempat aku menginjakkan langkah kakiku yang kedua kalinya, Ridwan langsung terfokus kepada pedagang yang ada di depannya, tepatnya pedagang yang ada di area parkir.
"Es krim!"