Mohon tunggu...
Yudhana
Yudhana Mohon Tunggu... mahasiswa

sedang belajar menulis artikel

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Potensi dan Tantangan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan Indonesia: Menuju Laut yang Lestari dan Produktif

20 Juni 2025   10:20 Diperbarui: 20 Juni 2025   10:20 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Pendahuluan

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki kurang lebih 6,4 juta km2 perairan, termasuk perairan teritorial. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), dan laut pedalaman. Kemakmuran ini menjadikan Indonesia salah satu negara mega-biodiversitas dengan potensi sumber daya kelautan yang sangat melimpah, baik dari sisi hayati maupun non-hayati. Namun, keberlimpahan ini sebenarnya menimbulkan tantangan dalam hal manajemen penggunaan, pelestarian, dan keberlanjutan pemanfaatanya. Atikel ini akan membahas ragam potensi sumber daya kelautan Indonesia, tantangan yang dihadapi, serta Solusi berbasis kebijakan dan teknologi menuju pengelolaan laut yang lestari dan produktif.

Potensi Sumber Daya Kelautan Indonesia 

Sumber daya Indonesia sangat beragam. Dari sisi hayati, laut Indonesia kaya akan berbagai jenis ikan, udang, rumput laut, serta ekosistem penting seperti terumbu karang, padang lamun, dan hutan mangrove. Kekayaan hayati ini tidak hanya menopang kebutuhan pangan nasional tetapi juga menjadi komoditas ekspor penting yang menyumbang devisa negara. Perairan Indonesia juga menjadi jalur migrasi ikan tuna, cakalang, dan tongkol yang bernilai ekonomi tinggi. Selain itu, perikanan seperti tambak dan keramba laut juga berkembang pesat, terutama untuk komoditas seperti kerapu, nila, dan udang vaname.

Sumber daya non-hayati juga tidak kalah melimpah. Laut Indonesia menyimpan potensi besar berupa minyak dan gas bumi di wilayah lepas pantai, seperti Natuna, Mahakam, dan Papua. Selain itu, terdapat juga kandungan mineral dasar laut seperti nodul mangan, kobalt, dan pasir laut yang bernilai strategis. Potensi energi terbarukan dari laut pun sangat besar, seperti energi gelombang, arus laut, dan pasang surut, yang berpotensi dikembangkan menjadi sumber energi masa depan.

Laut juga menyediakan jasa ekosistem yang sangat penting. Ekosistem pesisir seperti hutan mangrove dan terumbu karang mampu menyerap karbon dalam jumlah besar, membantu mitigasi perubahan iklim, serta melindungi garis pantai dari abrasi. Selain itu, laut menjadi basis kegiatan pariwisata bahari, transportasi laut, dan pelayaran, yang semuanya menyumbang pada pertumbuhan ekonomi nasional.

Potensi Ekonomi Laut Indonesia

Kementerian Kelautan dan Perikanan menyebutkan bahwa potensi ekonomi sektor kelautan Indonesia bisa mencapai lebih dari satu triliun dolar Amerika per tahun. Angka tersebut mencakup berbagai sektor seperti perikanan tangkap, budidaya laut, pariwisata bahari, energi terbarukan, eksplorasi minyak dan gas bumi, hingga jasa pelayaran dan logistik laut. Perikanan tangkap dan budidaya laut masing-masing menyumbang puluhan hingga ratusan miliar dolar setiap tahunnya, dengan peningkatan produksi dan permintaan global yang terus meningkat.

Sektor pariwisata bahari memunjukkan pertumbuhan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir dengan banyak destinasi unggulan seperti Raja Ampat, Labuan Bajo, dan Wakatobi menarik wisatawan lokal maupun internasional. Di sisi lain, energi laut seperti arus dan gelombang laut yang belum sepenuhnya dikembangkan menyimpan potensi besar sebagai sumber energi bersih. Eksplorasi minyak dan gas bumi dari laut dalam terus memberikan kontribusi besar bagi pendapatan negara. Semua potensi ekonomi ini menjadikan laut bukan hanya sebagai sumber pangan, tetapi juga sebagai motor penggerak ekonomi nasional.

Tantangan Pengelolaan Sumber Daya Laut

Meskipun memiliki potensi besar, pengelolaan sumber daya kelautan Indonesia dihadapkan pada berbagai tantangan serius. Penangkapan ikan secara berlebihan atau overfishing menjadi masalah utama yang mengancam kelestarian stok ikan. Selain itu, praktik penangkapan ikan ilegal, tidak dilaporkan, dan tidak diatur (IUU Fishing) masih marak terjadi, terutama oleh kapal asing yang beroperasi tanpa izin di wilayah perairan Indonesia. Kondisi ini tentu merugikan nelayan lokal dan menyebabkan kerusakan ekosistem.

Kerusakan lingkungan laut juga menjadi masalah yang mendesak. Terumbu karang, mangrove, dan padang lamun mengalami degradasi akibat aktivitas manusia seperti penambangan, penambangan pesisir, pencemaran limbah, serta perubahan tata guna lahan. Limbah plastik di laut juga menjadi ancaman serius terhadap kehidupan biota laut, bahkan dapat memasuki rantai makanan manusia dalam bentuk mikroplastik.

Konflik pemanfaatan ruang laut sering kali muncul karena belum optimalnya pengaturan zonasi. Ketidaksesuaian antara aktivitas perikanan, pariwisata, industri, dan konservasi menimbulkan ketegangan sosial di tingkat lokal. Di sisi lain, perubahan iklim menyebabkan naiknya suhu air laut yang memicu pemutihan karang (bleaching), perubahan pola migrasi ikan, serta kenaikan muka air laut yang mengancam pulau-pulau kecil dan pesisir padat penduduk.

Strategi Pengelolaan Laut Berkelanjutan

Untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut, diperlukan pendekatan pengelolaan yang mengedepankan prinsip keberlanjutan. Salah satu pendekatan yang banyak diadopsi adalah ekonomi biru atau blue economy. Konsep ini mengintegrasikan aspek ekologi, ekonomi, dan sosial dalam pemanfaatan sumber daya laut, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa merusak ekosistem.

Penegakan hukum juga menjadi kunci dalam pengelolaan sumber daya laut. Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah tegas dengan menindak kapal-kapal asing illegal. Namun demikian, pengawasan laut perlu diperkuat dengan penggunaan teknologi seperti sistem pelacakan kapal, satelit, dan drone. Penataan ruang laut atau marine spatial planning (MSP) sangat penting untuk mengatur zonasi pemanfaatan laut secara tertib, sehingga dapat menghindari konflik antara sektor-sektor yang berbeda.

Partisipasi masyarakat lokal menjadi faktor penentu dalam keberhasilan pengelolaan laut. Pengelolaan berbasis komunitas (community-based management) dengan memanfaatkan kearifan lokal telah terbukti efektif di berbagai wilayah. Masyarakat yang merasa memiliki laut di sekitarnya akan lebih peduli untuk menjaga dan melestarikannya.

Peran Teknologi dan Inovasi dalam Kelautan

Teknologi memainkan peran penting dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan sumber daya kelautan. Dalam bidang akuakultur 4.0 mulai diterapkan dengan penggunaan sensor kualitas air, sistem pemberian pakan otomatis, serta analitik data untuk memantau pertumbuhan ikan. Di bidang konservasi, teknologi bioakustik dan kecerdasan buatan (AI) dimanfaatkan untuk memantau keberadaan ikan dan kondisi terumbu karang.

Pemodelan oseanografi berbasis data satelit membantu dalam memprediksi arus, gelombang, dan suhu permukaan laut, yang sangat penting untuk perencanaan budidaya dan pelayaran. Di sisi lain, digitalisasi rantai pasok perikanan melalui platform e-commerce memungkinkan nelayan menjual hasil tangkap langsung ke konsumen tanpa perantara, sehingga meningkatkan pendapatan mereka. Pengembangan energi laut berbasis teknologi juga mulai dikembangkan untuk menyediakan listrik di daerah kepulauan yang belum terjangkau jaringan PLN.

Studi Kasus Keberhasilan Pengelolaan Laut

Beberapa wilayah di Indonesia menunjukkan keberhasilan dalam pengelolaan sumber daya kelautan secara berkelanjutan. Salah satunya adalah kawasan konservasi laut Nusa Penida di Bali. Melalui pendekatan partisipatif dan edukasi masyarakat, kawasan ini berhasil mengembalikan kesehatan terumbu karang dan meningkatkan jumlah ikan, sekaligus mengembangkan pariwisata bahari yang lestari.

Contoh lainnya adalah Desa Tambakrejo di Kabupaten Blitar, yang menerapkan sistem perikanan berkelanjutan dengan metode penangkapan selektif dan penggunaan teknologi penyimpanan dingin. Hasilnya, nelayan mendapatkan nilai jual lebih tinggi dan stok ikan di laut tetap terjaga. Inisiatif seperti ini membuktikan bahwa pengelolaan laut berbasis masyarakat dan teknologi bisa berjalan berdampingan demi kesejahteraan dan kelestarian.

Rekomendasi dan Kesimpulan

Melihat begitu besar potensi kelautan yang dimiliki Indonesia dan tantangan yang mengikutinya, maka diperlukan langkah-langkah nyata yang menyeluruh dan konsisten dalam mengelola laut secara berkelanjutan. Pemerintah perlu mempercepat implementasi zonasi laut berbasis konservasi dan penataan ruang yang inklusif. Langkah ini sangat penting agar ruang laut dapat dimanfaatkan secara tertib dan optimal oleh berbagai sektor tanpa saling tumpang tindih. Dukungan regulasi yang jelas dan tegas harus dibarengi dengan peningkatan anggaran untuk riset kelautan, pengawasan laut, serta pemberdayaan masyarakat pesisir yang selama ini menjadi ujung tombak pemanfaatan sumber daya laut.

Pendidikan dan pelatihan kepada nelayan dan pelaku usaha perikanan harus diperluas agar mereka mampu beradaptasi dengan teknologi baru dan prinsip ekonomi biru. Akses terhadap informasi pasar, peralatan yang ramah lingkungan, serta perlindungan terhadap hak-hak nelayan tradisional juga harus ditingkatkan. Dalam jangka panjang, kolaborasi antara pemerintah, akademisi, industri, dan masyarakat sipil akan menjadi fondasi utama dalam mewujudkan tata kelola laut yang adil, produktif, dan lestari.

Pengelolaan sumber daya kelautan bukan hanya tentang pemanfaatan ekonomi, melainkan juga menyangkut keadilan sosial, keberlanjutan ekologi, dan ketahanan bangsa. Dalam konteks perubahan iklim global dan meningkatnya tekanan terhadap ekosistem laut, Indonesia memiliki tanggung jawab besar sebagai negara maritim untuk menjadi contoh dalam menjaga dan memulihkan kesehatan laut. Keberhasilan pengelolaan laut di masa depan tidak akan diukur dari seberapa banyak yang kita eksploitasi, melainkan seberapa bijak kita menjaga keseimbangannya untuk generasi yang akan datang.

Dengan kekayaan yang begitu besar, laut Indonesia bisa menjadi tulung punggung pembangunan berkelanjutan, sumber pangan utama, serta pusat inovasi dan pariwisata yang bertanggung jawab. Namun semua itu hanya bisa tercapai kita, sebagai bangsa, mau menempatkan laut bukan sekadar sebagai sumber daya ekonomi, tetapi juga sebagai warisan ekologis yang harus dijaga bersama.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun