Jika COBIT dan ITIL bisa bicara, mungkin mereka akan berkata: "Kami lelah dijadikan kambing hitam."
Framework tata kelola TI seperti COBIT dan ITIL sering dipuja di atas panggung seminar, disisipkan dalam proposal-proposal transformasi digital, bahkan dijadikan syarat audit tahunan. Tapi lucunya, saat inisiatif TI gagal, sistem ambruk, atau proyek digitalisasi berantakan, siapa yang disalahkan? Framework-nya.
Padahal masalah sesungguhnya bukan pada framework itu sendiri. Masalahnya adalah: kurangnya komitmen nyata dari para eksekutif puncak. Mereka ingin hasil, tapi tidak mau terlibat. Mereka mau IT yang modern, tapi tetap memperlakukan teknologi sebagai urusan "anak belakang."
Framework Bukan Obat Ajaib, Tapi Peta Jalan
COBIT dan ITIL adalah alat bantu, bukan jimat. Keduanya didesain untuk membantu organisasi memahami, mengelola, dan mengoptimalkan TI agar sejajar dengan tujuan bisnis. Tapi semua itu tidak akan berarti apa-apa jika pimpinan hanya mengangguk saat presentasi, lalu kembali ke rutinitas lama.
Framework sebesar dan sehebat apapun tidak bisa mengeksekusi dirinya sendiri. Mereka butuh kepemimpinan. Mereka butuh arah dari atas. Mereka butuh komitmen dari orang-orang yang memegang kendali anggaran, prioritas, dan budaya organisasi.
Pimpinan Suka Hasil, Tapi Benci Proses
Mengapa banyak eksekutif gagal mendukung IT Governance secara serius? Karena prosesnya tidak seksi. Tidak ada glamour seperti peluncuran produk. Tidak ada headline seperti kolaborasi strategis. Tata kelola TI adalah tentang:
- Mendefinisikan peran dan tanggung jawab
- Mengelola risiko yang tak kelihatan
- Menyusun kebijakan dan kontrol
Semua itu tampak seperti pekerjaan kertas padahal justru di situlah fondasi kokoh organisasi digital dibangun.
Sayangnya, banyak eksekutif hanya mau menandatangani pengadaan sistem jutaan dolar, tapi enggan menghadiri rapat steering committee. Mereka siap bicara besar di depan investor, tapi diam saat data governance dibahas. Dan mereka bingung mengapa transformasi digital mereka gagal total.
COBIT dan ITIL Itu Mahal Jika Hanya Jadi Dekorasi
Tidak sedikit perusahaan yang membayar mahal untuk pelatihan COBIT atau ITIL. Mereka mengirim tim ke luar negeri, menyewa konsultan bersertifikat, bahkan mencetak spanduk bertuliskan "COBIT-based Governance Implementation."
Tapi setelah audit selesai dan konsultan pulang, semua kembali ke pola lama. SOP dibiarkan membusuk. KPI tidak diukur. Risiko tidak ditinjau ulang. Framework hanya menjadi wallpaper di dinding kantor, bukan sistem hidup yang memandu keputusan.