"Terimaksih pak Zaky, sudah menolong saya. Hubungi nomor istri saya, 0855 6565 xxxx." Jawab Justin pelan, terasa makin lemas saja tubuhnya. Saat menunggu, rupanya sudah ada jawaban dari seberang sana. Pikiran Justin berkelana, terus siapa yang akan menemani istri, Cleo, untuk datang ke klinik ini? Tidak ada kendaraan lain di rumahnya.
Pak Zaky mengembalikan gawai ke pemiliknya. Dia rupanya kedinginan setelah berjibaku di lubang jalan tadi, bajunya juga basah. Sekali lagi, kebaikan bu Bidan terlihat, Dia tidak tega melihat Pak Zaki kedinginan. Setelah masuk sebentar ke dalam rumahnya, ia kembali ke klinik dengan membawa selembar baju.
"Pak Zaky, maaf baju bapak kan basah, takutnya masuk angin, silakan ganti dulu dengan baju ini. Tidak usah sungkan, pakai saja, masa menolong orang malah sakit sendiri nantinya? Kan nggak lucu?" bu Bidan menyerahkan baju sembari tersenyum. Yang diajak bicara hanya tersenyum dan menerima baju yang disodorkan.
"Baik, Bu. Terimakasih nih, Bu Bidan baik hati sekali!" spontan pak Zaky menjawab.
"Pak Zaky, tadi siapa yang diberi kabar tentang kecelakaan ini?" tanya bu Bidan.
"Istri mas Justin sendiri bu yang menerima telepon saya. Katanya dia segera datang" jawab pak Zaky lugas sembari berganti baju di ruang sebelah.
----000-----
POV Cleo
Di sebuah rumah sederhana, blok E18, RT 20.
Sementara di rumah sendirian, Cleo mondar mandir di kamarnya, gelisah menunggu sang suami yang sedang keluar membeli martabak. Sudah dua jam dan tak ada kabar, ini tidak seperti biasanya.
Jari-jari Cleo kembali sibuk menari di atas gawainya, menghubungkan telepon ke gawai suami, Justin. Hasilnya sama. Sudah puluhan kali dicoba, tetap tak ada jawaban, gawai tidak aktif! Terus kalau seperti ini, aku harus bagaimana? Antara gundah, takut dan bingung, semua jadi satu di otak Cleo.