Kepada hujan yang turun membasahi bumi
Aku tak tahu aku harus bersedih maupun bahagia
Petir dan hujan yang deras ini turun bersamaan dengan rasa hinanya diri ini
Sebuah upaya yang amat sangat seperti komedi putar ini berputar-putar tiada akhir
Ada bahagiaÂ
Ada kesedihan
Ada upaya
Ada putus asa
Ya semua terasa lengkap
Sangat terasa nikmatnya
Sangat terasa sakitnya
Aku menghabiskan 5 batang terakhir di tengah malam sambil berharap semuanya berubah
Namun tak berubah
Namun tetap saja
Hanya waktu yang berubah-ubah
Diriku tak ubahnya seperti sebuah daun yang terus menerus tertiup angin
Entah kemana angin itu aku membawa
Aku sungguh-sungguh tiada tahu
Ketika kutersadar kuberada di sudut kamar
Melihat setitik cahaya yang tiap hari menyinari kamar usang ini
Benar tertawalah seperti itu ....
Tertawa lagi lebih keras ... dan keras ....
Tertawakan usahaku yang sia-sia
Tertawakan bagaimana aku berjalan lima kilometer lebih menuju rumah muÂ
Tertawakan lagi lebih keras keputusan pemuda kosong ini
Ya jangan persilahkan ia bertemu orang tua mu
Usir saja ....
Harapanku yang sederhana ini injak-injaklah dengan kakimu
Lemparkanlah
Aku sudah usaiÂ
Muak ...
Enyahlah ...
Aku akan terbang tinggi selagi kau tertawa
Biar dirimu puas
Keringatku yang berharga tak seharusnya kukorbankan demi tawamu
Aku yang tak pandai berkicau ini memang selalu kalah perihal hati
Lima kilometer yang sia-sia dalam hidupkuÂ
Latihan-latihan beladiri bertahun-tahun lamanya rupanya hanya untuk hal seremeh ini
Benar sangat pahit kopi ini walau kadang manis