Memang untuk mewujudkan smart hospital yang baik membutuhkan biaya yang besar, namun saran saya untuk memulai penerapan konsep smart hospital khususnya di rumah sakit daerah tidak perlu langsung dengan penggunaan teknologi yang berbiaya mahal, cukup dengan melihat permasalahan yang paling banyak dikeluhkan oleh pasien dan masalah tersebut relatif mudah untuk diselesaikan. Contoh sederhana adalah umumnya keluhan pasien BPJS adalah waktu tunggu pasien yang lama saat registrasi di loket. Salah satu teknologi yang dapat digunakan sebagai solusi untuk menyiasati masalah tersebut adalah menggunakan aplikasi WhatsApp sebagai aplikasi yang dapat dipergunakan oleh pasien untuk pendaftaran online di pelayanan rawat jalan, sehingga dengan begitu pasien tidak lagi mengantei lebih lama. Langkah sederhana seperti ini sudah mulai diterapkan di beberapa rumah sakit daerah di Indonesia.
Smart Hospital telah berkembang cepat di Eropa dan Amerika, serta dalam kurun waktu 5 tahun terakhir sudah banyak diterapkan di negara-negara Asia yang perkembangan industri pelayanan kesehatannya sangat maju dan telah menjadi tujuan "hospital tourism" pasien dari negara lain (contoh : China dan Singapura).
Oleh karena itu, sesuai dengan harapan presiden Jokowi, maka sudah saatnya konsep smart hospital diterapkan dan dikembangkan pada semua rumah sakit di indonesia. Apalagi potensi Indonesia sebagai negara dengan pangsa pasar gadget terbesar di Asia Tenggara, membuat peluang masyarakat Indonesia untuk memiliki akses internet dapat dimanfaatkan dalam penerapan smart hospital di berbagai wilayah di Indonesia. Hanya tinggal bagaimana pemerintah menyediakan infrastruktur jaringan (jaringan internet) yang memadai agar masyarakat tidak terkendala dalam mengakses internet dan juga dukungan terhadap ketersediaan sarana dan prasarana rumah sakit pemerintah.
