Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Melihat Tren Komentar Iklan di Medsos

11 April 2023   08:52 Diperbarui: 13 April 2023   02:16 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi iklan (Sumber: shutterstock)

Di media sosial, kolom komentar menjadi satu warna unik, karena menghadirkan ragam reaksi dan ekspresi audiens terhadap satu konten atau topik bahasan tertentu. 

Kadang, kolom komentar juga biasa jadi tempat mencari isi artikel, khususnya saat orang malas membaca isi artikel atau sedang hemat kuota data.

Lebih jauh, ragam reaksi ini kadang lebih seru untuk dinikmati ketimbang sajian konten utama, karena mewakili reaksi audiens secara natural. Dalam perjalanannya, banyak komentar yang jadi bahan berita atau bahan konten baru, entah karena lucu, unik, atau bahkan keras.

Ini adalah satu paket hiburan menarik, yang sekaligus menghadirkan satu keseimbangan posisi, bahkan interaksi langsung, antara media atau kreator konten dengan audiens.

Tapi, tren yang belakangan berkembang, khususnya di Indonesia memperlihatkan, ada peran lain yang muncul dari kolom komentar, yakni sebagai lapak promosi, entah barang, jasa, atau link konten.

Pada batas tertentu, ini wajar, karena merupakan satu bentuk strategi penasaran digital, tapi menjadi tidak wajar ketika jumlahnya terlalu banyak dan tidak kenal batasan.

Dalam banyak kesempatan, kita banyak disuguhi berbagai tulisan iklan obat  saat membaca kolom komentar di Instagram. Di Twitter, tulisan itu kadang berpadu dengan  gambar atau link lapak toko online produk.

Alhasil, meskipun ada banyak komentar beredar, itu belum tentu alami. Terlalu banyak komentar iklan membuat sisi interaktif jadi kurang hidup, karena ada terlalu banyak sampah visual.

Promosi memang tidak dilarang, tapi tidak baik juga kalau kelewat batas. Di ruang publik seperti kolom komentar, seharusnya komentar-lah yang mendominasi, bukan iklan.

Namanya juga kolom komentar, bukan kolom iklan. Jadi, jangan kaget kalau respon audiens cenderung tidak bagus.

Di satu sisi, memang ada usaha tim marketing (atau apapun namanya) yang harus dihargai, tapi kalau mereka sudah lebih dulu tidak menghargai kenyamanan di ruang publik, seharusnya mereka tahu, apa konsekuensinya.

Lagipula, beriklan (apalagi secara berlebihan) di kolom komentar justru memperlihatkan satu ketidakberesan. Dengan usaha seperti itu, kita patut menduga, jangan-jangan anggaran iklan mereka seret, bahkan tidak ada sama sekali.

Jadi mereka memakai kolom komentar di media sosial sebagai solusi gratis. Satu kombinasi antara ingin praktis dan tidak ada modal.

Padahal, anggaran untuk promosi itu sangat penting untuk menghasilkan medium promosi berkualitas. Kalau dari iklannya saja sudah meragukan, jangan harap konsumen mau datang.

Ilustrasi (Sumber: Freepik)
Ilustrasi (Sumber: Freepik)

Belakangan, memang ada pendapatan dari komentar "iklan" di platform medsos seperti Twitter, tapi tetap ada syarat yang harus dipenuhi, seperti punya akun centang biru berbayar, punya banyak followers dan interaksi organik. Jadi jelas, tidak bisa sembarangan.

Dengan demikian, sudah seharusnya kampanye marketing seperti iklan memperhatikan semua aspek dengan baik. Mulai dari target audiens sampai etika dan estetika, semuanya akan lebih tepat sasaran jika sejak awal diperhatikan dan terukur secara efektif.

Di sisi lain, promosi iklan di kolom komentar ini menunjukkan, satu usaha keras bisa jadi bumerang, kalau asal dilakukan dan berlebihan. Lebih baik wajar tapi tepat sasaran, daripada terlihat "berusaha keras" tapi tak ada yang kena sasaran.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun