Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Setelah Pandemi, Siapkah Kita Bertransisi?

9 Mei 2020   20:42 Diperbarui: 9 Mei 2020   20:54 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul di atas, adalah satu pertanyaan, yang belakangan ini muncul di pikiran saya. Mungkin, pertanyaan ini juga muncul di benak Anda, tapi izinkan saya menjelaskan sudut pandang saya.

Pertanyaan ini awalnya muncul, setelah melihat dan mendengar suara-suara di media sosial, tentang kerinduan pada rutinitas normal di masa pandemi Corona. Ini terasa agak ironis, karena rutinitas sebelumnya justru sering dibenci.

Tapi, ini sekaligus menegaskan, ibarat sebuah film kartun, hubungan kita dengan rutinitas sehari-hari  seperti Tom and Jerry. Meski sering berkelahi, keduanya juga bisa saling merindukan, alias benci tapi rindu.

Kembali ke pertanyaan di atas. Andai masa pandemi Corona selesai, apakah semua bisa langsung kembali normal seperti biasa? Jujur saja, saya sangat meragukan itu terjadi secara seketika. Penyebabnya, selama masa pandemi Corona ini, kebanyakan dari kita berada dalam kondisi  babak belur, entah secara ekonomi, sosial, maupun psikologis.

Secara ekonomi, banyak dari kita yang berada dalam kondisi minus. Ada yang harus rela gajinya terus dipotong, ada yang terpaksa tidak dibayar sepeserpun, bahkan terpaksa harus kehilangan pekerjaan. Kalaupun ada yang stabil atau bahkan meningkat pendapatannya, itu tergolong langka, dan siapapun yang mengalaminya layak untuk merasa sangat bersyukur.

Secara sosial, pandemi Corona juga banyak membatasi keleluasaan kita dalam beraktivitas. Mulai dari bekerja di kantor sampai pulang kampung, semuanya dibatasi. Meski belakangan ada wacana relaksasi PSBB, wacana itu tidak banyak membantu. Untuk bisa sekadar bertahan saja sudah susah payah, jadi, dengan situasi sekarang ini, bepergian jelas sangat tidak masuk akal untuk dilakukan.

Secara psikologis, imbas pandemi Corona juga sangat mengganggu. Ritme kerja dan hidup sehari-hari yang "dipaksa" berubah karena pandemi, sudah membuat hati dan pikiran ambyar. Ditambah lagi, isi dompet dan tabungan pun ikut ambyar, karena besar pasak daripada tiang. Tentu ini satu beban psikologis yang tidak ringan, buat siapapun yang mengalaminya.

Mengingat besarnya kerusakan yang dihasilkan, maka akan naif jika masih ada yang berkata, "setelah pandemi Corona selesai, semua akan kembali lagi seperti semula". Dengan kondisi yang sudah serba berantakan karena pandemi Corona, berakhirnya masa pandemi Corona bukan berarti semuanya otomatis beres.

Malah, masa setelah pandemi Corona selesai, adalah perjuangan lain yang sudah menunggu di depan mata. Ada yang harus berjuang mencari pekerjaan baru, ada yang harus membangun kembali isi dompet yang ambyar, dan ada yang harus mengatur ulang ritme kehidupannya, dengan modal seadanya.

Jadi, alih-alih merasa "excited" atau bereuforia dengan kepergian pandemi Corona, kita masih harus tetap bersikap waspada, karena enigma alias ketidakpastian akan kembali kita hadapi. Dalam hal ini, ketidakpastian mengenai berapa lama durasi "masa transisi dan rehabilitasi" pascapandemi, sampai situasi benar-benar normal.

Selain itu, kita tak perlu kaget, kalau ternyata masih banyak orang yang nantinya memilih untuk bekerja di rumah karena ingin berhemat. Dalam hal ini, perusahaan memang sudah seharusnya perlu memberi waktu tersendiri bagi para pekerja, untuk bisa beradaptasi dengan keadaan, setidaknya sampai besaran gaji kembali normal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun