Menatap hujan seakan mengucur tiada batas
Menggelegar bak auman si buas lapar
Dingin hingga menusuk tulang rusuk
Lamunan cemasku liar mengganas
Pedih itu nampak semakin meluas
Mengintai yang was-was, pun yang merasa bebas
Sempat terbayang diam terlindas, lari terhempas
Tak penting lagi nyali, tapi kendali diri
Ada asa, deras ini suburkan kesejukan
Sekian lama kering kerongkongan dalam kemarau kekhawatiran
Dahaga terpuaskan, meski arah tak dapat dipegang
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!