Mohon tunggu...
yosephine purwandani
yosephine purwandani Mohon Tunggu... Freelancer - karyawan swasta

Ibu dengan 3 anak Hobi : mendengarkan musik, koleksi perangko

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Seni Belajar Membuat Anak "Mau" Makan Sayur

30 Januari 2023   15:02 Diperbarui: 30 Januari 2023   15:02 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Saya adalah seorang ibu dengan 3 anak. Anak pertama berusia 14 tahun, anak ke dua berusia 10 tahun, dan anak ke tiga berusia 6 tahun. Tiga anak membuat saya memiliki 3 fase belajar yang seninya berbeda, namun saya terapkan cara yang sama. Mau tahu caranya? simak berikut ya. 

Bukan rahasia bahwa sayur merupakan salah satu menu makan yang WAJIB untuk kesehatan, terlebih untuk anak-anak dalam masa pertumbuhan. Namun tidak jarang kita mendengar bahwa anak-anak susah makan sayur. Cerita saya ini nantinya bukan untuk menggurui, bukan pula menghakimi. Saya menyadari bahwa setiap keluarga memiliki cara dan gaya masing-masing untuk menerapkan hal-hal baik dalam keluarganya, termasuk saya. Saya hanya ingin berbagi karena ada hal yang sangat menantang memang dalam membuat anak menjadi mau makan sayur. Kenapa saya bilang mau bukan suka? karena masalah kesehatan bukan porsi yang bisa dtawarkan (menurut saya; aturan di keluarga saya ada beberapa poin yang tidak bisa ditawar untuk tujuan yang baik, salah satunya makan sayur). Bagaimana sayur tetap di makan meski bukan menu yang disukai oleh anak-anak misalnya.

Dalam beberapa forum obrolan "para emak, dalam aktivitas jemput anak les beberpa banyak akan menyampaikan hal sbb, "kamu enak, anakmu mau makan sayur, lha anakku ga suka soalnya, udah tak paksa tetep aja susah". Wow,....kalau bukan bestie sudah emosi tingkat dewa saya, hmm.. jadi begini kalau boleh saya berkeluh kesah, apa yang anda lihat sekarang itu adalah bonus perjuangan. Bagaimana saya berjibaku, bagaimana saya memutar otak menemukan caranya apakah anda ada disana??? NO!!! jadi kesal rasanya mendengar komentar yang sama bahwa seolah olah memang dari sononya anak saya mau sayur.

Lalu apa yang saya rangkum dari proses yang saya alami bersama tiga anak saya? hanya ada 2 hal yaitu komunikasi dan komitmen. Dua hal itu yang membuat saya "berhasil"membuat anak-anak saya "mau"makan sayur. Saya akan bahas satu satu ya.

Komunikasi, apa yang dimaksud dalam poin ini? Ini adalah cara menyampaikan ke anak-anak apa perlunya sayur untuk kesehatan mereka (tentunya dalam bahasa yang mudah dipahami oleh usia yang sesuai dengan mereka), contoh : Ädek, kenapa harus makan sayur?, wortel ada vitamin apa? vitamin A bagus untuk apa??? dan pertanyaan pertanyaan lain yang sejenis. "Selain itu adalah sugesti sugesti positif yang harus disampaikan terkait konsumsi sayur yang baik untuk kesehatan,"Ayok dek, maem sayur, biar sehat, biar dapat vitamin, biar ga gampang sakit", dll. Buat anak-anak paham pentingnya sayur itu untuk tubuh mereka. Mereka akan merekam, mereka akan tahu kemudian memahami bahwa tidak perlu harus suka, namun kita harus makan untuk kesehatan tubuh kita. Kalau yang kita makan adalah sesuatu yang kita suka, itu bonus, tapi kalaupun tidak suka, bila telah memahami tujuan baiknya, maka pola pikir kita akan tersugesti untuk melakukan hal baik itu.

Poin kedua adalah komitmen, hal ini tak kalah susah dengan poin pertama. Komitmen ini memerlukan kekuatan diri yang mantap, powerfull kalau boleh bilang, kenapa? kalau kita tidak memiliki ini maka hasilnya akan zonk. Bila memiliki komitmen ini maka kita akan tanggung jawab, tekun, berusaha sekuat tenaga, berfikir kreatif, pantang menyerah dan segala hal positif lain yang menyertainya. Untuk membuat anak mau makan sayur, hal pertama yang dilakukan oleh seorang ibu adalah menyediakan masakan, apakah itu memasak atau membeli masakan, bagaimana bisa berjalan mulus kalau ibunya saja malas menyediakan masakan. Dan apakah harus ahli masak? NO!!!! no need !! hanya perlu niat mau memasak,atau membeli masakan itu sudah cukup, anggap saja kewajiban yang harus dijalani, jalani dengan senang hati tentunya. Tekuni itu setip waktu, sediakan menu yang sehat untuk keluargamu, terkadang aktivitas lain diluar rumah cukup menyita tenaga dan pikiran, tapi jangan membuat kita malas untuk menjadi chef dirumah, apapun caranya masak atau beli itu pilihan masing-masing, sesuai kondisi keluarga masing-masing tapi ingat tetap menu bergizi. Putar otak untuk menyediakan menu juga bukan hal yang mudah, ada beberapa yang tipe asal anak makan udah cukup, makan apa tidak penting, tapi yakinlah bahwa itu bukan hal yang baik. Menu 4 sehat 5 sempurna harus menjadi menu wajib yang tidak ditinggalkan, apapun alasannya. Berusahalah selalu, sediakan apapun dan bagaimanapun caranya. 

Dengan dua poin tadi , saya berhasil membuat anak anak saya "mau "makan sayur apapun, meski ada beberapa sayuran yang mereka tidak suka, tapi mereka paham harus "mau"makan itu untuk tujuan yang baik.

Jadi, menurut saya tidak ada anak tidak "mau"makan sayur kalau kita mau lebih berusaha dan mencoba sebagai orang tua.

Kalau kita mau belajar, anak juga mau belajar. Proses masing-masing anak tidak sama, si sulung saya paling cepat, si tengah paling ter-memorize dengan cengengnya, bahkan dimuntahkan segala sayurnya, sampai harus diblender supaya bisa masuk, tapi di usianya ke 10 dia menjadi anak pemakan apapun, bukan tidak punya selera, pada konteks sehat dia akan terima apapun, tapi dalam momen tertentu pengen makan apa itu akan kami bebaskan. Si bungsu paling picky, di usianya ke 6 dia baru bener bener mau sayur apapun, tapi kami masih selalu berusaha dan berusaha. Untuk kesehatan mereka. 

Demikian sharing, semoga bermanfaat. Sekali lagi ini untuk memberikan semangat sesama pejuang sehat untuk anak, bukan menggurui atau menghakimi cara tertentu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun