Menulis juga merupakan salah satu cara menyampaikan geram dalam diam. Misalnya kita dibuat kesal sama seseorang karena suatu hal yang kelihatan sepele. Dan mungkin itu datang dari pasangan, teman atau atasan. Walau frustrasi, tidak usah berkonfrontasi. Tuliskan saja. Luapkan semua rasa geram dalam diam lewat tulisan. Itu lebih menghemat energi.
Ya, mengungkapkan rasa geram tanpa menunjukkan wajah keram adalah dengan menulis. Tapi ketika kita menyatakannya di atas kertas atau di mesin tulis bukanlah dengan cara menghina atau menyudutkan. Sampaikan saja rasa dan nalar kita dengan runut dan runtut sebagai suatu indikasi kita mampu kendalikan emosi. Itu cara memupuk integritas diri.
Menulis, Berlatih Memberi Solusi
Bukan hanya sebagai sarana dan cara mengendalikan emosi, tapi juga sebagai metode melatih diri memberi solusi. Syukur-syukur menjadi solusi yang terstruktur. Itu akan memberi umpan balik yang keren bagi yang menulis. Sekaligus juga memberi penguatan diri bagi yang mendengarkannya, mereka yang membacanya.
Memberi umpan balik yang kerena bagi penulis artinya sekaligus juga memberi penguatan. Bahwa apa yang ia uraikan dalam tulisannya sungguh bermanfaat bagi orang lain. Artinya juga bahwa buah olahrasa dan olahnalar penulis memiliki kekuatan membebaskan yang dahsyat.
Sekali lagi, menulis adalah cara terbaik memberi solusi yang runut runtut terstruktur. Ia dapat memberi jalan keluar yang melegakan bagi pembaca yang kebetulan membutuhkan informasi tersebut. Maka menulislah terus. Siapa nyana tulisan kita bisa menjadi solusi yang pasti bagi banyak orang yang terlilit masalah pelik.
Menulis itu Memberi PertolonganÂ
Dengan tulisan yang memberi jalan keluar itu kita telah memberi pertolongan tanpa sengaja. Sebab sesudah menulis dan menayangkannya, kita tidak tahu dan tidak usah memprediksi siapa yang bakal membaca. Biarlah dia menemui 'karunianya' sendiri. Biarlah dia bertemu 'jodohnya' sendiri yang entah siapa.
Biarkan saja tulisan kita menjalankan 'karunianya' dengan memberi pertolongan secara tak sengaja tadi. Dan bertemu 'jodohnya' artinya biarkan dia disapa siapa saja. Dalam arti mereka yang membacanya dan yang mendapatkan sesuatu darinya. Yaitu mereka bisa memperoleh solusi yang menolong.
Tulisan yang begizi tidak hanya menolong, tapi juga membangunkan yang terpuruk. Baik yang terpuruk secara mental, maupun secara sosial. Ia bahkan akan mempertebal rasa percaya diri pembaca untuk menatap kehidupan yang masih membentang.
Menulis, Jernihkan Hati dan Pikiran yang Keruh