Ada seorang mahasiswa menceritakan padaku seputar new normal yang dialaminya. Kami berteman sejak pertemuan tak sengaja di lapangan basket. Kami berkenalan lewat perantaraan temanku yang lain. Teman sesama pemain basket. Penggemar olahraga bolabasket.
Dia mengurai menjabar kisahnya secara apik runut padaku. Begini!
Aku adalah mahasiswa salah satu perguruan tinggi swasta di Kota Kupang. Perguruan tinggi yang menghasilkan tenaga ahli kejuruan tertentu. Sebuah profesi atau tenaga ahli yang sangat dibutuhkan di kala pandemik ini. Mereka, rekan-rekan seprofesiku itu berjibaku melawan corona. Â
Aku berasal dari luar pulau. Tapi masih di NTT. Karenanya aku kos dekat kampus demi menghemat. Menghemat tenaga, waktu dan biaya. Aku juga tak perlu pikirkan tentang transportasi. Aku ke kampus hanya dengan jalan kaki. Olahraga murah meriah yang disegani covid.
Orangtuaku dua-duanya guru sekolah dasar di kampung. Tapi mereka tidak mengajar di satu sekolah yang sama. Papaku guru olahraga. Sementara mama guru kelas enam. Sembari menjadi guru mereka bertani. Mereka mengolah tanah milik sendiri seadanya. Tidak luas. Cukup dan cocok untuk bercocok tanam penghasil apa yang kami konsumsi sehari-hari.
Dalam kesibukannya sebagai guru, mama kadang menyempatkan diri menengokku di Kupang. Mama biasa datang pas libur sekolahnya. Sekitar pertengahan bulan Juni hingga Juli. Biasanya juga mama bersamaku selama kurang lebih dua minggu. Tidak sampai habis masa libur. Karena mama juga harus kembali mempersiapkan perangkat pembelajarannya di tahun ajaran berikut.
Papa jarang datang ke kosku di Kupang. Beliau lebih memilih tinggal di kampung. Ia selalu mengurus tanaman dan beberapa ekor ternak peliharaan. Mereka tidak bisa ditinggalkan tanpa ada yang mengawasi. Papa selalu mengalah.
Kalau mama ada di kosku semua kebiasaan kehidupan berubah. Semua jadi tertata rapi. Tidak ada barang yang berantakan. Kamar kos jadi bersih menyenangkan. Mama merapikan menurut jenisnya. Kamarku jadi kelihatan lega karena mantap penataannya.
Pakaian bersih dan kotor di tempatkan tersendiri. Terpisah. Di tempat masing-masing. Buku-buku juga menempati kavling sendiri. Perlengkapan makan yang cuma seberapa juga dirapikan dengan menawan. Pokoknya mereka berkelompok sendiri-sendiri. Sungguh indah dibuat mama.
Kompor yang satu-satunya mama bersihkan hingga kinclong. Seperti baru dibeli. Peralatan masak-memasak mama bersihkan juga dan dikavlingkan. Mama letakkan di tempat yang tidak tertangkap mata orang yang masuk kamar. Termasuk penanak nasi elektronik mama bersihkan. Semuanya rapi tertata. Menjadikanku nyaman bila masuk kamar kosku. Jadi betah.
Soal makanan juga berubah drastis. Biasanya hanya dengan menu ala anak kos. Nasi, mie instan, telor. Bila ada mama jadi berwarna. Warna-warni. Hampir memenuhi unsur empat sehat lima sempurna. Ada hidrat arang. Protein. Vitamin. Pelengkapnya adalah buah dan susu. Aku sungguh dimanjakan.