Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

New Normal

4 Juni 2020   16:11 Diperbarui: 4 Juni 2020   23:49 391 0
Bagiku new normal itu sesuatu yang menyedihkan memedihkan. Dia berawal dari kehidupan yang biasa. Kehidupan yang normal. Kemudian menuju ke kehidupan yang tidak normal. Kehidupan yang tidak biasanya. Tidak semestinya. Lalu akhirnya beralih ke masa new normal. Yaitu kenormalan yang tidak normal.

Perkenankan aku mengungkap beberapa hal seputar new normal. Terutama terminologi atau kosakata asing yang marak dipakai di masa keterasingan. Masa pandemik. Mula dari sebuah masa sebelum memasuki era normal baru. New normal era.  

Banyak istilah yang tercipta selama masa pandemik covid-19. Istilah asing yang bikin pusing. Isitlah-istilah seperti: Lockdown, stay at home, work from home, teach from home, learn from home, social and physical distancing dan new normal. Sebuah masa yang memaksa banyak orang menjadi kreatif.

Lockdown adalah suatu kondisi di mana daerah tertentu ditutup. Ditutup agar tidak ada pergerakan manusia yang keluar dari ataupun masuk ke daerah tersebut. Penutupan tersebut bertujuan agar sedapat mungkin virus corona dibatasi perpindahannya. Supaya tidak saling menjangkiti.

Awalnya lockdown ini dipaksakan oleh pihak berwenang. Aparat pemerintah mewajibkan mengunci pintu keluar masuk suatu daerah. Namun makin lama kian timbul kesadaran individu untuk mengunci diri masing-masing dengan tidak berkeliaran. Tidak keluar rumah sesukanya seperti dahulu sebelum virus diurus.

Tetap tinggal di rumah mengamankan diri dari virus maut itu merupakan arti dari stay at home. Tidak sering keluar rumah. Kecuali ada keperluan mendesak yang tidak bisa diwakilkan atau kegiatan keperluan demi kehidupan keluarga. Itupun harus memperhatikan protokol kesehatan yang telah ditetapkan.

Work from home dikhususkan kepada para pekerja kantoran. Mereka hanya dibolehkan bekerja dari rumah. Semua pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya diselesaikan di dan dilaporkan kembali dari rumah saja. Mereka tidak diperkenankan masuk kantor. Rapatnya pun hanya dari rumah melalui dan memanfaatkan teknologi digital virtual.

Teach from home diberlakukan kepada para guru. Para pesemai kecerdasan anak bangsa ini merancang dan melaksanakan semua kegiatan kepengajarannya dari rumah. Mereka mengajar, memberi tugas, memberi penilaian dan mengerjakan laporan prestasi siswa hanya dari rumah.

Learn from home adalah terminologi khusus untuk para siswa agar belajar di rumah ditemani orangtua. Mereka yang masih mengenyam pendidikan di sekolah dan kampus. Siswa dan mahasiswa belajar, mengerjakan tugas dan menyerahkannya lagi hanya dari rumah. Mereka mendengar pengumuman kenaikan kelas dan/atau kelulusan pun dari rumah saja.

Social and physical distancing istilah bahasa Inggris untuk selalu memperhatikan jarak saat berinteraksi langsung dengan sesama. Semua orang dibatasi saat bertatap muka dengan orang lain. Atau dengan kata lain tidak boleh berdekatan saat berada di tengah kerumunan. Di tengah orang banyak. Atau malah jangan ikut berkerumun. Pisahkan diri dari khalayak ramai.

New normal adalah kehidupan normal yang baru. Menjelang berakhirnya pandemik ini segala kehidupan diharapkan kembali normal yang tidak normal. Tapi normal yang baru. Normal yang aneh. Artinya semua aktivitas kembali seperti sedia kala tetapi tetap dalam protokol kesehatan sesuai imbauan.

Ada seorang mahasiswa menceritakan padaku seputar new normal yang dialaminya. Kami berteman sejak pertemuan tak sengaja di lapangan basket. Kami berkenalan lewat perantaraan temanku yang lain. Teman sesama pemain basket. Penggemar olahraga bolabasket.

Dia mengurai menjabar kisahnya secara apik runut padaku. Begini!

Aku adalah mahasiswa salah satu perguruan tinggi swasta di Kota Kupang. Perguruan tinggi yang menghasilkan tenaga ahli kejuruan tertentu. Sebuah profesi atau tenaga ahli yang sangat dibutuhkan di kala pandemik ini. Mereka, rekan-rekan seprofesiku itu berjibaku melawan corona.  

Aku berasal dari luar pulau. Tapi masih di NTT. Karenanya aku kos dekat kampus demi menghemat. Menghemat tenaga, waktu dan biaya. Aku juga tak perlu pikirkan tentang transportasi. Aku ke kampus hanya dengan jalan kaki. Olahraga murah meriah yang disegani covid.

Orangtuaku dua-duanya guru sekolah dasar di kampung. Tapi mereka tidak mengajar di satu sekolah yang sama. Papaku guru olahraga. Sementara mama guru kelas enam. Sembari menjadi guru mereka bertani. Mereka mengolah tanah milik sendiri seadanya. Tidak luas. Cukup dan cocok untuk bercocok tanam penghasil apa yang kami konsumsi sehari-hari.

Dalam kesibukannya sebagai guru, mama kadang menyempatkan diri menengokku di Kupang. Mama biasa datang pas libur sekolahnya. Sekitar pertengahan bulan Juni hingga Juli. Biasanya juga mama bersamaku selama kurang lebih dua minggu. Tidak sampai habis masa libur. Karena mama juga harus kembali mempersiapkan perangkat pembelajarannya di tahun ajaran berikut.

Papa jarang datang ke kosku di Kupang. Beliau lebih memilih tinggal di kampung. Ia selalu mengurus tanaman dan beberapa ekor ternak peliharaan. Mereka tidak bisa ditinggalkan tanpa ada yang mengawasi. Papa selalu mengalah.

Kalau mama ada di kosku semua kebiasaan kehidupan berubah. Semua jadi tertata rapi. Tidak ada barang yang berantakan. Kamar kos jadi bersih menyenangkan. Mama merapikan menurut jenisnya. Kamarku jadi kelihatan lega karena mantap penataannya.

Pakaian bersih dan kotor di tempatkan tersendiri. Terpisah. Di tempat masing-masing. Buku-buku juga menempati kavling sendiri. Perlengkapan makan yang cuma seberapa juga dirapikan dengan menawan. Pokoknya mereka berkelompok sendiri-sendiri. Sungguh indah dibuat mama.

Kompor yang satu-satunya mama bersihkan hingga kinclong. Seperti baru dibeli. Peralatan masak-memasak mama bersihkan juga dan dikavlingkan. Mama letakkan di tempat yang tidak tertangkap mata orang yang masuk kamar. Termasuk penanak nasi elektronik mama bersihkan. Semuanya rapi tertata. Menjadikanku nyaman bila masuk kamar kosku. Jadi betah.

Soal makanan juga berubah drastis. Biasanya hanya dengan menu ala anak kos. Nasi, mie instan, telor. Bila ada mama jadi berwarna. Warna-warni. Hampir memenuhi unsur empat sehat lima sempurna. Ada hidrat arang. Protein. Vitamin. Pelengkapnya adalah buah dan susu. Aku sungguh dimanjakan.

Setiap bangun pagi sudah tersedia sarapan. Teh manis panas dan kue-kue basah jajanan pasar. Atau nasi goreng telor. Biasanya juga mama yang bangunkan kalau sarapan sudah siap. Lalu aku bersih-bersih diri baru menyantapnya dengan lahap sebelum berangkat kampus. Selalu sedap apa yang dibuat mama.

Pulangnya aku tak perlu berlelah-lelah. Mama sudah siapkan menu makan siang. Menu yang selalu berganti-ganti. Antara daging, ayam, ikan atau telur. Dikombinasikan dengan sayuran hijau segar.

Sayur pun tidak selalu sama dari hari ke hari. Selalu juga berganti-ganti. Ada sayur putih, kangkung, daun kelor, dan lainnya. Mama suka memasangkan mencocokkannya dengan lauk tertentu.

Kalau mama buat lauk kering, tak berkuah maka sayuran selalu berkuah. Sayuran berkuah biasanya sayur bening. Sedangkan kalau lauknya berkuah maka sayurnya hanya ditumis kering Atau lalapan.

Dan tak pernah ketinggalan masakan mama adalah sambal. Itupun berganti-ganti antara sambal goreng. Sambal terasi. Sambal luat (campuran racikan cabe, bawang merah, daun kemangi dan jeruk nipis atau jeruk purut). Atau lawar (kombinasai menggiurkan dari cabe, bawang merah, irisan tomat, irisan daun bawang dan daun kemangi).

Wow, kawan! Anda hanya membaca deskripsiku saja air liurmu sudah mengalir deras bukan? Apalagi aku. Begitulah setiap hari ketika mama ada di Kupang. Nanti kapan-kapan kalau mama ada, aku akan undang kalian datang ke kosku. Biar Anda juga ikut merasakan sekaligus membuktikan bagaimana kenikmatan yang aku ceritakan ini. OK?

Kenapa masakan mama senantiasa nikmat? Setelah kuperhatikan secara cermat ternyata mama tidak menggunakan penyedap berbahan kimia. Dia selalu meracik bumbu sendiri dari bahan-bahan yang dibeli di pasar. Di antaranya: Kunyit, lada, pala, langkuas, sereh, jahe, dan lainnya. Mama memang cekatan.

Karena bumbu racik maka ketika mama sedang memasak anak-anak kos di sekitarku terhipnotis dengan aromanya. Kata temanku di suatu kesempatan: "Tercium aromanya saja sudah cukup membuatku kenyang."

Sekali saat temanku ke rumah saat mama lagi masak. Melihat kesibukan mama meracik berbagai macam bumbu, dia bertanya: "Ada pesta apa?"

Aku malah balik bertanya: "Dari mana tahu kalau ada pesta di sini?"

"Itu. Mamamu lagi sibuk siapkan maskan-masakan pesta. Enak nih!" Katanya setengah menahan liurnya biar tak meleleh.

"Tidak. Mama selalu masak begitu. Tidak pakai bumbu jadi. Mama bikin bumbu sendiri." Uraiku menegaskan.

Jadi begitu, pembaca yang terhormat. Itu situasiku kalau mama ada di kosku. Mungkin mama ingin menyenangkan anak laki satu-satunya yang dipunyai. Bukan mungkin. Tapi memang iya. Jadi aku menikmati saja dengan segala ucapan syukur punya mama yang luar biasa perhatiannya padaku. Terima kasih Tuhan. Terima kasih mama!

Selain makanan, mama juga memperhatikan penampilanku. Dia selalu merapikan pakaian yang akan kukenakan kala akan pergi. Entah ke kampus atau ke tempat tertentu. Semisal ke tempat ibadah atau ke pesta. Atau sekedar menemui dosen. Atau menemui siapa pun. Intinya ketika aku keluar dari rumah harus terlihat bersih dan rapi. Harus sedap dipandang. Kira-kira begitulah pikiran mama.

Semua yang terbaik yang ingin mama lakukan padaku. Dari ruang tidur. Urusan makan. Penampilan. Dan semua pernak-pernik yang melekat padaku. Dan segala yang kulakukan mama ikut memperhatikan. Dia hanya mempersiapkannya. Selanjutnya terserah aku.

Keputusan tetap di tanganku. Kecuali kalau ada yang tidak beres menurut pemandangannya, dia akan memberi masukan atau kritik yang membangun. Kupikir wajar. Tidak ada orangtua yang ingin melihat anaknya jelek. Atau tampil acak-acakan. Itu sangat manusiawi. Naluri keibuan senantiasa menuntun kepada kebaikan.

Keadaan ini tidak bertahan lama. Hanya selama hari libur mama. Maka akupun hanya menikmati hidup bermanja-manja selama kurang lebih dua minggu. Selama mama ada bersamaku di kos. Di Kupang. Apa boleh buat.

Hari ini aku mengantar melepas mama di dermaga. Mama kembali pulang ke kampung halaman dengan kapal feri. Aku dengan berat melepas mama pergi. Tapi mama harus pulang dalam kesibukannya sebagai guru kelas enam di kampung. Selain itu, mama milik papa. Aku tak berhak menahannya berlama-lama di kos. Di Kupang.

Aku pun kembali pada kehidupan yang normal, new normal. Kehidupan sebagaimana sedia kala. Kehidupan dengan pemandangan sebelum mama datang. Memasuki tata kehidupan yang tak tertata. Kehidupan new normal ala anak kos.

Selamat menyongsong memasuki era new normal!
   

Tilong-Kupang, NTT
Kamis, 4 Juni 2020 (16.43 wita)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun