Mohon tunggu...
Yohanes Ishak
Yohanes Ishak Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis Olahraga, Hiburan, dan lain-lain

1 Korintus 10:13 || Jika ingin bekerjasama atau menulis ulang konten yang saya buat, silahkan hubungi email: Yohanes.Ishak92@gmail.com ||

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nasib Pekerja PLN: Listrik Mati Dimaki, Giliran Lancar Dilupakan

29 Mei 2021   16:29 Diperbarui: 29 Mei 2021   16:31 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua pekerja PLN saat sedang menjalankan tugasnya (Foto: Dokumen Pribadi).

Setiap pekerjaan tentu ada enak dan tidaknya, termasuk juga menjadi pekerja PLN.

Pekerja PLN yang saya maksud di sini adalah mereka yang biasanya bertugas di lapangan untuk membetulkan jaringan listrik yang bermasalah.

Sebelum mengulas lebih dalam, saya akan kembali mengingatkan sekaligus menginfokan bagi yang belum tahu, kepanjangan dari PLN adalah Perusahaan Listrik Negara.

Nah, seperti yang telah saya ungkapkan di paragraf pertama, yaitu setiap pekerjaan apapun pasti selalu ada enak dan tidaknya.

Kali ini yang saya bahas mungkin dari sisi pekerja PLN yang berada di lapangan.

BACA JUGA: Info Unik Mengenai Bulan (YMK 7)

BACA JUGA: Penyebab Belanja Online Lebih Boros daripada Langsung ke Toko

Buat saya, pekerja PLN di lapangan merupakan salah satu pekerjaan yang bisa mengancam nyawa sendiri dari sekian banyak pekerjaan di dunia.

Mengapa demikian? Jelas karena mereka harus berurusan dengan listrik.

Walaupun mereka sudah belajar seluk-beluk tentang arus listrik dan juga sudah banyak mengalami pelatihan, tetap saja risiko nyawa mereka belum tentu aman apalagi jika sudah harus membetulkan arus listrik yang berurusan dengan kabel.

Beberapa waktu yang lalu, ada dua pekerja PLN yang sedang bertugas di gang rumah saya.

Kebetulan saat itu tetangga saya ada yang rumahnya ingin ditingkatkan daya listriknya.

Ketika mereka sedang bekerja, saya pun iseng-iseng bertanya singkat sembari meminta izin jika hasil pembicaraan ini bakal saya muat di artikel blog Kompasiana.

Saya tanya mulai alasan mengapa tertarik bekerja sebagai pekerja PLN, padahal ada risiko besar yang harus mereka hadapi.

Jawabannya cukup simpel, yaitu karena dirinya memang hobi dan suka dengan pekerjaan yang ia lakukan.

Adalah Mas Ridwan seorang yang berdiri di bawah dalam foto artikel ini yang saya ajak ngobrol.

BACA JUGA: Kamisikology (3): Tebak Kepribadian Lewat Majalah

BACA JUGA: Jaga Sikap dan Perkataan Jika Tak Ingin Viral di Sosial Media

Saya tak tahu, apakah nama Ridwan adalah nama dia yang sebenarnya atau hanya nama samaran.

Karena saat saya tanya namanya, ia sempat berpikir cukup lama baru memberikan nama Ridwan dengan sedikit gugup.

Ya, memang namanya mungkin tidak terlalu penting saat sedang melakukan pembicaraan ini.

Mungkin, ia juga ingin menjaga privasi atau menjaga nama baik perusahaan jika merasa ada pertanyaan saya yang tak berani ia jawab.

"Mas Ridwan, udah lama kerja jadi pekerja PLN?" tanya saya.

"Ya, lumayan lah, ada sekitar tiga atau empat tahunan gitu," jawabnya.

"Oke mas, mau nanya nih. Responsnya gimana nih, pasti sering ngalamin dimarahin orang pas listrik mati, giliran listriknya...," belum selesai saya bicara dia langsung menjawab sambil tersenyum.

"Giliran nyala malah kayak gak ada apa-apa ya? Didiemin aja. Ya mau gimana lagi mas? Kerjaan kita emang gini, kalo bagus gak mungkin juga kita ditelpon hanya buat dipuji," ucapnya.

Mendengar jawabannya saya seperti dijambak. Ya memang benar sih, ada nomor servis PLN yang memang ditujukan untuk mengajukan keluhan, bukan untuk melayangkan apreasiasi.

Tapi maksud saya bagaimana perasaannya? Apakah ada rasa kesal atau marah saat mendapat kritikan pedas.

BACA JUGA: Mengenang Suka-Duka Pengalaman Kerja Jadi Reporter

BACA JUGA: Lucunya Negeri Ini: Maki-maki Dulu, Minta Maaf Kemudian

Seperti mengetahui apa yang saya pikirkan, ia pun kembali membuat pernyataan.

"Kalo udah kayak gitu ya udah gak bisa diapa-apain lagi. Kadang di jalan saat lagi benerin kabel kita pernah dimaki malah, dibilang kerja ga becus lah, gak bisa kerja karena lama sekali listriknya nyala," lanjutnya.

"Ada juga yang omelin kita karena dianggap gak kerja pas lagi duduk sebentar di dekat tiang listrik. Dia gak tahu aja kalo bagian dalam lagi ada kendala gak bisa langsung dikerjain."

"Mau marah atau kesal juga gak bisa, yang ada masalah jadi panjang. Jadi ya udah nasib, udah risiko kita, namanya juga kerjaan." tutupnya.

Terkadang memang sangat menyebalkan ya, jika listrik mati dalam waktu berjam-jam, segala aktivitas kita pun menjadi terhambat.

Saat mengajukan keluhan ke operator PLN pun jawabannya terkadang ada yang menjawab dengan sabar ada juga yang menjawab dengan kesan nyolot.

Nah, buat yang menjawab nyolot mungkin sudah 'kenyang' dengan omelan atau cacian dari banyak masyarakat sehingga membuat emosinya sudah tak terkendali.

Saya pun terkadang suka kesal, jika listrik mati berjam-jam, apalagi jika sampai setengah hari.

BACA JUGA: Inilah Cabai Terpedas di Dunia, Berani Coba? (YMK 6)

BACA JUGA: PUBG Mobile Godzilla vs Kong: Berperang di Tengah Titan

Tapi kalau dipikir-pikir, saat listrik mati pastinya para pekerja PLN juga sedang mengerjakan tugasnya sebaik mungkin.

Dan situasi ini jelas membuat emosi siapapun menjadi meningkat. Entah dari kita sebagai pengguna maupun si pekerja.

Kalau tidak salah ingat, di Jakarta (tidak tahu kalau di kota lain) pada tahun 2019 pernah mati listrik hampir satu harian.

Kejadian ini jelas membuat banyak masyarakat Ibu Kota menjadi geram. Bahkan, sampai Presiden Joko Widodo pun sampai melayangkan kritik dan teguran ke PLN.

Kala itu, Presiden Joko Widodo mengkritik kejadian di tahun 2019 pernah terjadi di tahun 2002.

Jadi, seharusnya sudah menjadi pelajaran yang penting dan tidak boleh terulang lagi di masa mendatang.

Jika sudah seperti ini, jelas ada yang salah dari petugas PLN karena memang hampir satu hari penuh listrik padam.

Di hari itu pun, tentunya 'badai' kritikan menerpa PLN, di mana bukan hanya warga Jakarta saja, tetapi juga dari Presiden Indonesia langsung.

Nah, berdasarkan cerita yang diungkapkan oleh Ridwan dan kejadian di tahun 2019 lalu, ada pelajaran yang bisa saya ambil dan semoga saja cukup bermanfaat.

Yang pertama, kita boleh saja merasa kesal dan mengkritik orang lain jika diri kita merasa dirugikan.

Tapi, kritik atau teguran yang diberikan dalam batas yang wajar, boleh marah tetap dalam batas yang wajar, jangan memberikan umpatan atau makian, apalagi jika kita tidak tahu proses kerja orang lain.

Kedua, bagi pekerja PLN, mungkin saja jika ada daerah listrik yang mati bukan hal baru bagi mereka, tapi tetap menjadi tanggung jawab mereka.

Sekecil apapun masalah yang ada, tetap harus kita kerjakan dengan baik, jangan dipandang remeh.

Jika ada kritikan atau kesalahan di masa lalu, jadikan kesalahan itu menjadi pelajaran penting agar menjadi pengalaman yang berharga untuk kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun