Memulai dengan Kesadaran Diri
Awal tahun 2025 aku membuat keputusan yang tampaknya sederhana, tapi sebenarnya sangat strategis: mulai mendokumentasikan dan membagikan perjalanan harianku sebagai ASN. Bukan untuk pamer, tapi untuk merekam jejak. Saya mulai menulis refleksi setelah melakukan supervisi, mengabadikan momen kunjungan ke sekolah-sekolah, menyapa guru-guru dengan semangat, dan membagikan pesan-pesan singkat penuh motivasi. Semua itu kususun dengan konsisten di laporan, media sosial internal, dan dokumen pribadi.
Saya menyadari bahwa branding bukanlah soal membuat nama menjadi besar, tapi soal membuat nilai-nilai hidupku semakin berdampak.
Dari Sekolah ke Sekolah: Mengalirkan Semangat
Tugas harianku tidak pernah monoton. Saya  mengunjungi sekolah-sekolah, dari SMP di pinggir kota hingga SMA unggulan di tengah kota. Setiap sekolah punya cerita, dan setiap guru punya pergumulan. Saya hadir bukan hanya sebagai pengawas yang menilai administrasi, tapi sebagai sahabat yang memberi semangat dan menjadi bagian dari perjuangan mereka.Kadangkala harus  bergumul bersama mereka-mereka yang sementara mengalami kendala dalam kegiatan belajar mengajar,dan lain sebagainya.
 Itulah yang kemudian kusadari sebagai bagian dari branding diriku: hadir dengan ketulusan, memberi semangat, dan menghadirkan suasana yang menyenangkan di tengah rutinitas.
Setiap Laporan Adalah Jejak Bernilai
Tahun 2025 adalah tahun di mana Saya makin serius membangun branding diri dengan cara yang otentik. Saya mulai menyusun laporan kegiatan secara terstruktur, membuat artikel reflektif, dan menulis narasi-narasi pendek tentang kunjungan sekolah. Bahkan pertemuan sederhana seperti supervisi di SMA Negeri 9 dan 8 Kupang atau menghadiri Apel Kesadaran pada tanggal 17 setiap bulan pun kutulis dengan nada reflektif yang menyentuh.
Saya  merasa bertumbuh bersama guru-guru hebat. Saya sangat diberkati karena setiap hari aku dikelilingi oleh guru-guru Pendidikan Agama Kristen yang luar biasa. Mereka bukan hanya guru, tapi pejuang pendidikan dan pewarta kasih Kristus di sekolah. Melalui perjumpaan dengan mereka, saya belajar bahwa branding diri tidak dibangun sendirian. Saya  dibentuk oleh relasi, oleh interaksi, dan oleh kolaborasi.