Mohon tunggu...
yogi prasetya
yogi prasetya Mohon Tunggu... Penulis lepas, Lepas dalam menulis

Bekerja dan bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Generasi Cemas: Memahami dan Mengatasi Krisis Mental Remaja di Era Digital

30 Agustus 2025   11:32 Diperbarui: 30 Agustus 2025   11:32 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan Mental Remaja ( sumber: https://www.pexels.com/)

Meskipun tantangan-tantangan ini nyata, Indonesia juga memiliki peluang-peluang unik untuk menjadi pelopor dalam mengatasi krisis kesehatan mental remaja. Struktur sosial yang masih relatif kolektif membuat implementasi solusi berbasis komunitas lebih mudah dibandingkan dengan negara-negara yang sangat individualistis.

Peran keluarga besar (kakek nenek, paman, bibi) yang masih kuat dalam budaya Indonesia dapat dimanfaatkan untuk menciptakan sistem dukungan yang lebih luas bagi anak-anak. Kakek nenek, yang umumnya tidak terlalu tergantung pada teknologi digital, dapat menjadi sumber wisdom dan koneksi dengan nilai-nilai tradisional yang penting.

Sekolah-sekolah di Indonesia juga memiliki otoritas yang relatif kuat dalam mengatur perilaku siswa. Implementasi kebijakan "sekolah bebas ponsel" kemungkinan akan mendapat dukungan yang lebih besar dari orangtua dibandingkan di negara-negara Barat, karena budaya hormat pada otoritas pendidikan yang masih kuat.

Epilog

Krisis kesehatan mental remaja bukanlah takdir yang tak terhindarkan. Ini adalah hasil dari serangkaian keputusan yang kita buat sebagai masyarakat, dan kita masih memiliki kekuatan untuk mengubah arahnya. Seperti yang dengan indah diungkapkan Haidt, kita telah "mengirim anak-anak kita ke Mars" tanpa mempertimbangkan konsekuensinya. Sekarang saatnya untuk membawa mereka pulang.

Solusi yang ditawarkan bukanlah solusi yang rumit atau memerlukan teknologi canggih. Mereka membutuhkan sesuatu yang jauh lebih mendasar dan powerful: kesadaran, keberanian, dan komitmen untuk bertindak bersama demi masa depan anak-anak kita.

Untuk para orangtua: Mulailah dari rumah Anda sendiri, tetapi jangan berhenti di sana. Ajak tetangga, teman, dan keluarga untuk bergabung dalam gerakan ini. Ingatlah bahwa setiap anak yang Anda selamatkan dari jerat teknologi digital yang merusak adalah investasi untuk masa depan masyarakat kita.

Untuk para pendidik: Anda memiliki platform yang unik untuk mempengaruhi tidak hanya siswa tetapi juga orangtua mereka. Gunakan otoritas dan pengaruh Anda untuk menjadi agen perubahan dalam komunitas Anda.

Untuk para pembuat kebijakan: Regulasi dan dukungan sistemik sangat diperlukan untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan. Indonesia dapat menjadi pelopor dalam menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan optimal anak-anak di era digital.

Masa depan kesehatan mental dan kebahagiaan generasi muda Indonesia ada di tangan kita. Mari kita pastikan bahwa warisan yang kita tinggalkan adalah generasi yang tangguh, bahagia, dan mampu menghadapi tantangan hidup dengan kepercayaan diri dan kebijaksanaan.

Seperti pepatah Afrika yang terkenal: "It takes a village to raise a child." Di era digital ini, pepatah tersebut menjadi lebih relevan dari sebelumnya. Kita semua adalah bagian dari "desa" yang bertanggung jawab untuk membesarkan generasi berikutnya. Mari kita pastikan bahwa desa ini adalah tempat yang aman, sehat, dan mendukung pertumbuhan optimal setiap anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun