Hampir setiap orang yang tinggal di kota besar pernah punya momen ini: duduk di belakang motor driver ojol, helm sudah terpasang, jalanan macet, lalu entah kenapa kata-kata keluar begitu saja. Tentang masalah kantor, keluarga, bahkan hal-hal pribadi yang mungkin belum pernah diceritakan ke sahabat dekat. Di tengah deru knalpot dan semrawut kota, kita mendadak menjadikan seorang driver ojol sebagai pendengar rahasia paling setia.
Fenomena ini bukan sekadar kebiasaan lucu atau aneh, tapi sebuah cerminan bagaimana manusia mencari ruang aman untuk melepaskan beban. Driver ojol, tanpa disadari, telah menjadi "psikolog jalanan" yang hadir di momen paling rawan dan personal, meski tanpa gelar akademik atau sofa empuk di ruang praktik.
Sebuah Cerita di Balik JaketÂ
Suatu malam, seorang karyawan muda pulang lembur dari kantornya di Sudirman. Ia memesan ojol karena terlalu lelah untuk naik transportasi umum. Begitu motor melaju, ia spontan bercerita tentang tekanan kerja yang makin menumpuk, bos yang tidak pernah puas, dan gaji yang rasanya tak pernah cukup. Driver yang mendengar hanya sesekali mengangguk, lalu dengan suara tenang berkata, "Saya dulu juga pernah kerja di pabrik, Mas. Kalau udah nggak bahagia, jangan dipaksa. Rezeki nggak akan ke mana."
Sesederhana itu. Tidak ada analisis panjang, tidak ada teori manajemen stres, hanya kalimat ringan dari seseorang yang bahkan tidak ia kenal namanya. Tapi kata-kata itu justru menempel kuat di kepalanya, membuatnya pulang dengan perasaan sedikit lebih ringan.
Kisah semacam ini banyak sekali. Ada yang curhat soal cinta, ada yang cerita soal utang, ada juga yang hanya butuh orang untuk mendengarkan keluh kesahnya tentang macet atau harga cabai. Driver ojol menjadi tempat transit emosi, seolah-olah helm mereka bukan hanya pelindung kepala, tetapi juga pelindung rahasia.
Mengapa Orang Lebih Nyaman Curhat ke Orang Asing?
Psikologi mengenal istilah stranger effect. Fenomena ini menjelaskan bahwa manusia kadang lebih nyaman berbagi cerita pribadi kepada orang asing ketimbang orang terdekat. Alasannya sederhana: tidak ada risiko jangka panjang. Sahabat mungkin bisa menilai, pasangan mungkin bisa sakit hati, orang tua bisa khawatir berlebihan. Tapi driver ojol? Begitu perjalanan selesai, mereka akan melanjutkan hidupnya, dan cerita kita ikut hilang di jalanan.
Ada penelitian menarik dari University of Chicago yang menemukan bahwa orang lebih terbuka saat berbicara dengan orang asing dalam perjalanan singkat, misalnya di taksi atau transportasi umum. Alasannya, percakapan dengan orang asing bersifat "sekali lewat" sehingga memberi rasa aman untuk berbicara tanpa takut dampaknya kembali menghantui.
Selain itu, berbicara dengan orang asing juga memicu efek psikologis yang menenangkan. Menurut penelitian dalam Journal of Experimental Social Psychology, berbicara dengan orang yang tidak kita kenal bisa menurunkan tingkat stres, meningkatkan rasa keterhubungan sosial, bahkan memicu produksi hormon oksitosin---hormon yang membuat kita merasa hangat dan diterima. Jadi, meskipun tidak ada solusi konkret, tubuh kita meresponsnya seolah-olah kita baru saja menjalani sesi terapi singkat.
Manfaat Kesehatan dari Curhat Sederhana