Mohon tunggu...
Yogi Putranto
Yogi Putranto Mohon Tunggu... Penulis Untuk Beberapa Isu Strategis Yang Berkembang di Masyarakat

Analis dan penulis independen yang aktif menyoroti isu-isu strategis di bidang keuangan inklusif, pemberdayaan ekonomi anak muda, ekonomi biru, serta transformasi digital sektor publik. Saya kerap menulis opini dan kajian kebijakan untuk berbagai media nasional dan forum akademik. Berpengalaman sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) yang kini mengembangkan berbagai inovasi berbasis data untuk komunitas nelayan dan petani. Saya percaya bahwa masa depan Indonesia bergantung pada kolaborasi lintas sektor dan keberanian generasi muda untuk berinovasi.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Psikolog Jalanan Tanpa Gelar, Driver Ojol dan Cerita Cerita Rahasia Kita

30 September 2025   16:14 Diperbarui: 30 September 2025   16:14 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir setiap orang yang tinggal di kota besar pernah punya momen ini: duduk di belakang motor driver ojol, helm sudah terpasang, jalanan macet, lalu entah kenapa kata-kata keluar begitu saja. Tentang masalah kantor, keluarga, bahkan hal-hal pribadi yang mungkin belum pernah diceritakan ke sahabat dekat. Di tengah deru knalpot dan semrawut kota, kita mendadak menjadikan seorang driver ojol sebagai pendengar rahasia paling setia.

Fenomena ini bukan sekadar kebiasaan lucu atau aneh, tapi sebuah cerminan bagaimana manusia mencari ruang aman untuk melepaskan beban. Driver ojol, tanpa disadari, telah menjadi "psikolog jalanan" yang hadir di momen paling rawan dan personal, meski tanpa gelar akademik atau sofa empuk di ruang praktik.

Sebuah Cerita di Balik Jaket 

Suatu malam, seorang karyawan muda pulang lembur dari kantornya di Sudirman. Ia memesan ojol karena terlalu lelah untuk naik transportasi umum. Begitu motor melaju, ia spontan bercerita tentang tekanan kerja yang makin menumpuk, bos yang tidak pernah puas, dan gaji yang rasanya tak pernah cukup. Driver yang mendengar hanya sesekali mengangguk, lalu dengan suara tenang berkata, "Saya dulu juga pernah kerja di pabrik, Mas. Kalau udah nggak bahagia, jangan dipaksa. Rezeki nggak akan ke mana."

Sesederhana itu. Tidak ada analisis panjang, tidak ada teori manajemen stres, hanya kalimat ringan dari seseorang yang bahkan tidak ia kenal namanya. Tapi kata-kata itu justru menempel kuat di kepalanya, membuatnya pulang dengan perasaan sedikit lebih ringan.

Kisah semacam ini banyak sekali. Ada yang curhat soal cinta, ada yang cerita soal utang, ada juga yang hanya butuh orang untuk mendengarkan keluh kesahnya tentang macet atau harga cabai. Driver ojol menjadi tempat transit emosi, seolah-olah helm mereka bukan hanya pelindung kepala, tetapi juga pelindung rahasia.

Mengapa Orang Lebih Nyaman Curhat ke Orang Asing?

Psikologi mengenal istilah stranger effect. Fenomena ini menjelaskan bahwa manusia kadang lebih nyaman berbagi cerita pribadi kepada orang asing ketimbang orang terdekat. Alasannya sederhana: tidak ada risiko jangka panjang. Sahabat mungkin bisa menilai, pasangan mungkin bisa sakit hati, orang tua bisa khawatir berlebihan. Tapi driver ojol? Begitu perjalanan selesai, mereka akan melanjutkan hidupnya, dan cerita kita ikut hilang di jalanan.

Ada penelitian menarik dari University of Chicago yang menemukan bahwa orang lebih terbuka saat berbicara dengan orang asing dalam perjalanan singkat, misalnya di taksi atau transportasi umum. Alasannya, percakapan dengan orang asing bersifat "sekali lewat" sehingga memberi rasa aman untuk berbicara tanpa takut dampaknya kembali menghantui.

Selain itu, berbicara dengan orang asing juga memicu efek psikologis yang menenangkan. Menurut penelitian dalam Journal of Experimental Social Psychology, berbicara dengan orang yang tidak kita kenal bisa menurunkan tingkat stres, meningkatkan rasa keterhubungan sosial, bahkan memicu produksi hormon oksitosin---hormon yang membuat kita merasa hangat dan diterima. Jadi, meskipun tidak ada solusi konkret, tubuh kita meresponsnya seolah-olah kita baru saja menjalani sesi terapi singkat.

Manfaat Kesehatan dari Curhat Sederhana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun