Banyak orang berpikir curhat itu hanya buang-buang waktu, tapi kenyataannya berbeda. Saat kita bercerita, otak melepaskan sebagian tekanan mental. American Psychological Association mencatat bahwa mengekspresikan perasaan, bahkan kepada orang yang tidak dikenal, dapat menurunkan kadar hormon kortisol yang terkait dengan stres.
Driver ojol, dalam hal ini, menjadi kanal alami untuk menyalurkan energi negatif. Bayangkan saja, setelah seharian menahan diri di kantor atau di rumah, kita akhirnya menemukan seseorang yang bisa mendengar tanpa memotong, tanpa menghakimi, tanpa catatan moral panjang. Kadang, hanya dengan satu kalimat seperti, "Sabar, Mbak, semua orang punya waktunya sendiri," perasaan kita sudah cukup lega.
Ruang Aman di Jalan Raya
Kota besar seringkali keras dan bising. Tempat nongkrong mahal, sahabat sibuk, keluarga tidak selalu bisa jadi tempat curhat. Di tengah kondisi ini, perjalanan dengan driver ojol menciptakan ruang aman yang unik. Helm menutupi wajah, suara motor menenggelamkan keheningan, dan posisi duduk di belakang menciptakan jarak yang pas: cukup dekat untuk berbicara, tapi cukup jauh untuk merasa bebas.
Hubungan ini bersifat anonim sekaligus intim. Kita mungkin tidak tahu nama asli driver, hanya tahu rating dan plat nomor, tapi justru anonimitas itu yang bikin nyaman. Tidak ada beban reputasi, tidak ada rasa gengsi, hanya ada momen singkat di jalan raya di mana kita bisa jujur apa adanya.
Driver Ojol sebagai Cermin Kehidupan
Bagi banyak driver, mendengarkan curhat penumpang adalah hal sehari-hari. Mereka sudah terbiasa dengan berbagai tipe manusia: yang diam seribu bahasa, yang sibuk telepon, sampai yang bercerita seolah-olah dunia akan runtuh besok pagi. Dan dalam keheningan itu, mereka belajar satu hal: manusia butuh didengarkan.
Ada driver yang bahkan sengaja menyimpan cerita-cerita itu sebagai pelajaran hidup. "Saya sering ketemu penumpang yang nangis di belakang," kata seorang driver di Jakarta. "Kadang saya nggak bisa bantu apa-apa, cuma dengerin aja. Tapi ternyata itu sudah cukup buat mereka." Sikap sederhana ini mengajarkan kita bahwa empati tidak harus datang dalam bentuk nasihat, melainkan dalam kehadiran yang diam-diam berarti.
Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Fenomena curhat ke driver ojol sebetulnya membuka mata tentang kebutuhan dasar manusia: rasa aman dan didengarkan. Kita sering lupa bahwa sahabat atau keluarga tidak selalu siap menjadi pendengar yang baik. Kadang mereka terlalu cepat menilai, terlalu ingin memberi solusi, atau bahkan tidak sadar menyepelekan masalah kita.
Mungkin kita bisa belajar dari driver ojol: mendengarkan dengan sabar, memberi tanggapan singkat, dan membiarkan orang lain menemukan jawabannya sendiri. Sederhana, tapi justru efektif.