Mohon tunggu...
Intan Ayu P
Intan Ayu P Mohon Tunggu... Lainnya - anak indie

Ini nulis iseng-iseng aja kok.. Salam kenal :D

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Semasih Ada Waktu

28 November 2020   16:00 Diperbarui: 28 November 2020   16:10 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Selamat tinggal Ka, jaga dirimu baik-baik.” Mereka mulai beranjak pergi sambil tersenyum melambaikan tangan. Mereka juga masuk ke cahaya putih tersebut. Arka masih tidak mengerti apa yang terjadi.

Sriingg… Cahaya itu membutakan pandangan di sekitarnya yang benar-benar menyilaukan mata Arka. Tiba-tiba saja, Arka dibawa ke tempat yang berbeda lagi. Arka tak asing dengan tempat ini.  Benar saja, ini ruang tamu di rumahnya. Tetapi, mengapa suasanya mencekam dan penuh tangisan orang-orang.

Tidak. Tidak mungkin. Ayahnya tergeletak dengan kain kafan putih yang begitu bersih. Ayahnya sudah meninggal. Ia langsung tersentak menghampiri ayahnya yang sudah tertidur tenang tersebut.

“Ayaahh … bangun Yah. Arka minta maaf Yah. Arka janji gak nakal lagi, Arka janji bakal nurutin perkataan Ayah lagi. Arka mohon Ayah banguunn.” Arka langsung menangis kencang sambil berteriak-teriak memohon ayahnya bangun kembali. Tak mempedulikan orang-orang di sekitarnya.

“Yahh, aku mohon ayah bercanda. Ayaaahhh.” Arka berteriak lagi diiringi isak tangis yang tak bisa dibendung lagi.

“Yaaahh …” Arka sekali lagi berteriak dan seketika saja, Arka kaget terbangun dari mimpinya itu. Diguncang-guncangkan badannya oleh ayahnya.


pinterest/taekooking
pinterest/taekooking
“Dek, kamu kenapa manggil-manggil ayah sambil nangis begitu?” Ayahnya langsung ketakutan menanyakan.

“Ayaahh, maafin Arkaa. Arka janji bakal nurutin semua perkataan ayah,” sontak Arka sambil memeluk ayahnya erat-erat. Juga menangis tanpa malu di hadapan ayahnya.

“Iya iya, Ayah maafin Kamu. Tapi kamu habis mimpi apa?” tanya ayahnya lagi.

“Mimpi ayah nyusul ibuu.” Arka masih belum bisa berhenti menangis.

“Tenang tenang, Ayah ada di sini. Kamu anak cowo jangan nangis dong. Malu sama Ayah,” jawab ayahnya yang masih memeluk anaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun